Info Anda post authorKiwi 05 Februari 2023

Isu Penculikan Anak 'Hoax', Warga Kalbar Harus Tetap Waspada

Photo of Isu Penculikan Anak 'Hoax', Warga Kalbar Harus Tetap Waspada

ISU penculikan anak di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Rabu, 1 Februari 2023 ini, dinyatakan hoax oleh aparat terkait.

Kendati begitu, kewaspadaan harus tetap terjaga, ibarat 'sedia payung sebelum hujan, supaya kasus ini tidka benar-benar terjadi.

Hal ini karena Pontianak sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Barat, sedang tumbuh menjadi sebuah kota metropolis, suatu kota modern, yang otomatis bakal sarat dengan ragam penyakit sosial termasuk aksi penculikan anak.

Adapun dalam pantauan Suara Pemred, sempat beredar di platform berbagi video SnackVideo, suatu peristiwa di Jalan Ampera, Pontianak, Rabu, 1 Februari 2023.

Dalam video. terlihat sorang wanita berambut pendek, berkaus merah, dikelilingi massa yang menuduhnya sebagai penculik, kemudian berniat menyiramkan bensin untuk membakar tubuhnya.

Belakangan, Kasat Reskrim Polresta Pontianak Kompol Indra Asrianto kepada media, menyatakan bahwa isu tersebut tidak benar, setelah pihaknya menyelidiki laporan tersebut.

Namun, kasus-kasus penculikan anak, seharusnya menjadikan para orangtua dan segenap warga untuk berjaga-jaga sehingga semuanya tidak alpa dalam menjaga anak-anak khususnya saat berada di luar rumah.

Menurut pihak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dalam Siaran Pers Nomor: B-1/SETMEN/HM.02.04/1/2023, dilansir Suara Pemred, kewaspadaan ini sangat penting.

Jadi, dari siaran pers ini, disimpulkan bahwa jangan sampai karena isu semacam itu ternyata hoax, maka para orangtua menjadi alpa dalam menjaga keselamatan anak-anak mereka.

Rilis tertanggal 4 Januari 2023 mencontohkan kasus penculikan seorang anak perempuan berusia enam tahun di Kelurahan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, yang menjadi perhatian serius pihakjnya.

Korban dinyatakan ditemukan pada Senin, 2 Januari 2023 malam, dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Kramat Jati. KemenPPPA melalui Layanan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) telah memberikan akses pendampingan terhadap korban dan keluarganya.

Berkaca dari kasus itu, menurut Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak, Nahar, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 3 Januari 2023, menyatkan bahwa seluruh pihak, baik orang tua, masyarakat, dan Pemerintah, termasuk aparat penegak hukum. harus bersama-sama memastikan upaya perlindungan anak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

"Sehingga ancaman yang berdampak lebih buruk bisa kita hindari. Alhamdulillah korban dalam kondisi selamat dan mudah-mudahan tidak berdampak jangka panjang," katanya.

"Kami juga terus mendorong pihak kepolisian untuk menangani kejahatan-kejahatan terhadap anak secara tuntas dan tanpa pandang bulu,” imbau Nahar.

Menurut Nahar, terdapat empat upaya yang harus dilakukan dalam penanganan kasus-kasus yang memiliki keterkaitan dengan perlindungan khusus anak, yakni pengawasan, perlindungan, pencegahan, serta perawatan dan rehabilitasi.

“Belajar dari kasus ini, mudah-mudahan tidak terulang lagi kasus yang sama, unsur pencegahannya juga harus diutamakan. Kami mohon kerja sama keluarga dan masyarakat untuk lebih sensitif lagi memahami adanya kemungkinan anak berada dalam ancaman penculik atau orang lain yang punya niat jahat,” tutur Nahar.

Saat ini, pelaku dijerat Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 330 ayat 2 dengan hukuman pidana penjara maksimal sembilan tahun.

Namun demikian, Nahar mendorong pihak kepolisian untuk melakukan pendalaman kasus tersebut dikaitkan dengan UU Perlindungan Anak.

“Kami berharap apabila nantinya dalam proses perawatan dan pendalaman ditemukan adanya kekerasan, eksploitasi, atau persoalan lain yang bisa dikaitkan dengan pasal-pasal perlindungan anak, maka kami mohon penyidik bisa melakukan pendalaman terkait dengan ini,” kata Nahar.

KemenPPPA mengajak masyarakat yang mengalami, mendengar, melihat, atau mengetahui kasus kekerasan untuk berani melapor ke lembaga-lembaga yang telah diberikan mandat oleh UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS.

Lembaga-lembaga ini termasuk Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA), Penyedia Layanan Berbasis Masyarakat, dan Kepolisian.

Masyarakat juga dapat melapor melalui hotline Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 atau Whatsapp 08111-129-129.

KemenPPPA: Tak Semua Diproses ke Jalur Hukum
Kasus penculikan anak di Indonesia sepanjang 2022, masih menurut data Kemen PPPA, terjadi 28 kasus.

Data tersebut berdasarkan laporan yang diungkap Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Jumlah tersebut cenderung meningkat jika dibandingkan 2021, sebanyak 15 kasus penculikan anak.

"Sebanyak 28 di tahun 2022 dan sebelumnya di tahun 2021 sebanyak 15 orang," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar, dilansir CNNIndonesia.com, Rabu, 4 Januari 2023.

Nahar menyebut tak semua kasus penculikan itu diproses ke jalur hukum. Dia mengatakan penculikan juga kerap dilakukan oleh anggota keluarga atau kerabat.

"Tidak semua, karena ada juga yang menculik adalah keluarganya," ujarnya.

Menyoroti peningkatan angka tersebut, menurut Nahar, pihaknya berusaha melakukan pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi. Hal itu mengacu pada Pasal 68 UU 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Nahar menyebut pengawasan dilakukan dengan penguatan keluarga agar anak tidak menjadi korban penculikan.

Karena itu. keluarga diimbau untuk segera melaporkan ke pejabat atau instansi yang berwenang jika terjadi penculikan.

Dalam upaya pencegahan, pihak KemenPPPA melibatkan masyarakat dalam melakukan Perlindungan Khusus Anak, meningkatkan pemahaman terkait penculikan, dan pemerintah menjalin kerja sama bilateral maupun multilateral, baik nasional maupun internasional.

"Juga meningkatkan ketahanan keluarga untuk mencegah Anak dari penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan," ujarnya.

Adapun kasus penculikan anak mengemuka usai Malika, seorang bocah diculik pada 7 Desember 2022 di Jakarta Pusat.

Malika kemudian ditemukan di daerah Ciledug, Senin, 2 Januari 2023 malam.

Pelaku atas nama Iwan Sumarno adalah seorang pemulung, akhirnya ditangkap oleh aparat kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Sumarno sendiri sebelumnya merupakan eks narapidana kasus pencabulan bocah di bawah umur dan baru keluar dari penjara sekitar 2021.

Pada 2020, Katadata melaporkan, kasus kejahatan terhadap kemerdekaan orang, yang terdiri dari kasus penculikan dan mempekerjakan anak di bawah umur, masih marak terjadi di Indonesia.

Sulawesi Selatan tercatat sebagai provinsi dengan kasus kejahatan terhadap kemerdekaan orang paling banyak, yakni 311 kasus pada 2020.

Di posisi kedua yakni Provinsi Jawa Timur dengan 177 kasus, dan di posisi ketiga rovinsi Papua dengan 176 kasus serupa.

Selanjutnya, kasus kejahatan terhadap kemerdekaan orang di Provinsi Banten tercatat sebanyak 151 kasus, Provinsi Sumatera Selatan 141 kasus, dan Provinsi Papua Barat 124 kasus.

Kasus penculikan dan pekerja anak paling sedikit ditemukan di Porovinsi Bengkulu, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur dengan jumlah masing-masing satu kasus sepanjang 2020.

Sedangkan provinsi yang bersih dari kasus serupa hanya Kalimantan Selatan, yang mencatatkan nol kasus sepanjang 2020.

Jika ditotalkan, sepanjang 2020 terdapat 1.970 kasus kejahatan terhadap kemerdekaan orang di seluruh Indonesia. Jumlah ini menurun 14,5 persen dari 2.303 kasus pada 2019.

Kasus kejahatan terhadap kemerdekaan orang, juga terus menurun selama periode 2016-2020, dengan kasus tertingginya terjadi pada 2016, yang berjumlah 2.885 kasus

Kasus peculikan anak di Indonesia selama periode pada 2008-2017, juga menjadi perhatian Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, sebagaimana dilansir dari The Global Economy (https://www.theglobaleconomy.com/Indonesia/kidnapping/).

Nilai rata-rata kasus penculikan anak di Indonesia selama periode tersebut adalah 0,2 penculikan per 100.000 orang, dengan minimum 0,1 penculikan per 100.000 orang pada 2013, dan maksimum 0,3 penculikan per 100.000 orang pada 2008.

Pada 2017 adalah 0,1 penculikan per 100.000 orang. Sebagai perbandingan, rata-rata dunia pada 2017, berdasarkan 65 negara adalah 1,8 penculikan per 100.000 orang.

Sementara World Population Review melaporkan bahwa tingkat penculikan bervariasi dari satu negara ke negara lain, meskipun tidak sepenuhnya selaras dengan tingkat kejahatan kekerasan lainnya di seluruh dunia.

Seiring dengan faktor-faktor seperti tingkat pembunuhan, frekuensi pemerkosaan, dan apakah suatu negara sedang berperang atau tidak, penculikan adalah salah satu kejahatan yang berkontribusi pada peringkat negara di antara negara-negara paling berbahaya atau paling kejam di dunia.

Penculikan memiliki banyak bentuk, dan terjadi karena berbagai alasan. Perlu juga dicatat bahwa definisi penculikan dan frekuensi pelaporan dan pencatatannya dapat berbeda dari satu negara ke negara lain.

Adapun 10 negara dengan tingkat penculikan tertinggi di dunia hingga 2022 yakni Turki (42.669); Libanon (15.384);
Kuwait (12.69); Kanada (10.285); Belgia (10.245);
Afrika Selatan (9.569); Selandia Baru (9.508); Pakistan (9.452); Eswatini (9.354); Inggris Raya (Inggris dan Wales): 8.835.

Adapun bentuk penculikan yang paling umum di banyak negara maju adalah penculikan seorang anak oleh orang tua, yang biasanya diasingkan dari orang tua lainnya, dan tidak memiliki hak asuh yang sah atas anak tersebut.

Orang tua melakukan penculikan, baik untuk menyebabkan tekanan emosional orang tua lainnya, karena mereka takut orang tua lain akan menjauhkan anak dari mereka.

Juga karena mereka merasa orang tua lain mengancam kesejahteraan anak.

Meskipun jauh lebih jarang, ada juga contoh anak-anak yang diculik untuk tujuan yang lebih jahat, seperti perdagangan manusia atau eksploitasi seksual.

Di negara-negara kurang berkembang, penculikan seringkali bermotivasi politik atau ekonomi. Beberapa penculikan dilakukan oleh para pemberontak sebagai aksi terorisme, sebagai upaya untuk menarik perhatian mereka.

Pun sebagai cara untuk memeras pemerintah agar memenuhi tuntutan para penculik.

Penculikan lainnya dilakukan oleh individu yang mencari dana, baik dengan menahan korban penculikan untuk tebusan atau menjualnya ke pedagang manusia.

Penculikan Terkenal Sepanjang Sejarah

Bisa dibilang penculikan paling terkenal dan paling berpengaruh dalam sejarah Amerika Serikat (AS) adalah penculikan Charles Augustus Lindbergh, Jr, putra pilot terkenal Charles Lindbergh yang berusia 20 bulan.

'Bayi Lindbergh' diambil dari rumah keluarga pada 1 Maret 1932.

Meskipun penculik berulang kali menyampaikan bahwa bayinya aman dan keluarga Lindbergh membayar tuntutan secara acak, jenazah anak tersebut ditemukan pada 12 Mei 1932, hampir 10 minggu setelah penculikan.

Ketika itu jenazah ini menunjukkan tanda-tanda telah mati kira-kira selama delapan minggu.

Sementara pelaku akhirnya ditangkap dan dihukum, buktinya sepenuhnya tidak langsung.

Penculikan Lindbergh mengilhami pembuatan Undang-undang Penculikan Federal serta beberapa UU anti-penculikan tingkat negara bagian.

Salah satu penculikan yang tidak biasa di dunia Barat adalah penculikan Patty Hearst, pewaris berusia 19 tahun, dan keturunan raja penerbitan William Randolph Hearst.

Diculik pada 1974 oleh kelompok teroris domestik bernama Symbionese Liberation Army (SLA), Hearst disalahgunakan, dipaksa, dan dicuci otak sampai-sampai dia mengambil prinsip-prinsip kelompok tersebut, dan mulai melakukan kejahatan.

Dia ditangkap 19 bulan setelah penculikannya, dan dihukum karena perampokan bank,

Kasus penculikan terkenal lainnya terjadi di Iran pada 1979, ketika 52 orang AS disandera oleh kaum revolusioner Islam fundamentalis.

Krisis Penyanderaan Iran, seperti yang kemudian dikenal, berlangsung selama 444 hari, termasuk sepanjang tahun terakhir masa jabatan Presiden AS Jimmy Carter, dan memengaruhi keseimbangan kekuatan politik di seluruh dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa penculikan telah menarik perhatian nasional di AS. Banyak yang mengarah ke UU baru, dan dalam satu contoh, acara televisi baru.

Pada 7 Juli 1981, Adam Walsh yang berusia 10 tahun, diambil dari sebuah department store di Hollywood, Florida, AS.

Sebagian jenazahnya ditemukan dua minggu kemudian. Ayahnya, John Walsh, menjadi pembawa acara televisi berjudul America's Most Wanted.

Acara ini menunjukkan pemeragaan kejahatan yang belum terpecahkan dan meminta masyarakat untuk menelepon hotline bebas pulsa jika mereka melihat tersangka atau memiliki informasi terkait kasus tersebut.

Serial ini berlangsung selama 26 musim dan, per 20 April 2021, telah membantu menangkap lebih dari 1.190 buronan.

Jaycee Dugard yang berusia 11 tahun. diculik di Meyers, California, AS, 10 Juni 1991, dan ditahan selama lebih dari 18 tahun oleh Phillip dan Nancy Garrido.

Kejahatan, di mana Garrido menahan Dugard (dan akhirnya kedua putrinya, keduanya menjadi ayah dari Garrido melalui pelecehan seksual) di gudang dan tenda di halaman belakang mereka, dapat ditemukan berkali-kali, jika bukan karena beberapa kesalahan dalam penilaian dan protokol oleh otoritas penegak hukum

Kasus Amber yang Lahirkan Teknologi Sistem Amber Alert Pada 1996, Amber Hagerman yang berusia sembilan tahun, diculik dari tempat parkir di Arlington, Texas, AS. Tubuhnya ditemukan beberapa hari kemudian.

Peristiwa tragis ini mengarah pada terciptanya sistem Amber Alert, yang memanfaatkan radio, televisi, pesan teks, dan metode komunikasi lainnya, untuk memberi tahu publik dengan cepat saat terjadi penculikan.

Juga, jika memungkinkan, sistem ini menjelaskan kendaraan yang terlibat. Sistem Amber Alert telah diperluas atau menginspirasi sistem serupa di lusinan negara tambahan, termasuk Kanada, Meksiko, China, Rusia, Australia, dan 26 negara Eropa.

Pada 2002, Elizabeth Smart diculik dari kamar tidurnya sendiri dalam usia 14 tahun, dan menghabiskan sembilan bulan atas belas kasihan penculiknya, Brian David Mitchell dan Wanda Ileen Barzee.

Dia akhirnya diselamatkan setelah Mitchell dikenali oleh pemirsa yang telah melihat profil penculikan di America's Most Wanted.

Perdagangan anak adalah kejahatan, dan merupakan akhir tragis dari masa kanak-kanak. Perdagangan anak mengacu pada eksploitasi anak perempuan dan laki-laki, terutama untuk kerja paksa dan eksploitasi seksual.

Anak-anak, dilanri dari Save the Childre, merupakan 27 persen dari semua korban perdagangan manusia di seluruh dunia, dan dua dari setiap tiga korban anak adalah perempuan.

Terkadang, mereka dijual oleh anggota keluarga atau seorang kenalan, atau terkadang pula mereka terpikat oleh janji-janji palsu tentang pendidikan dan kehidupan yang 'lebih baik'.

Tapi kenyataannya, anak-anak yang diperdagangkan dan dieksploitasi ini, ditahan dalam kondisi seperti budak, tanpa makanan, tanpa tempat tinggal, atau tanpa pakaian yang cukup.

Mereka juga sering dilecehkan dengan kejam, dan terputus dari semua kontak dengan keluarga mereka.

Anak-anak sering diperdagangkan untuk eksploitasi seksual komersial atau untuk tenaga kerja, seperti pembantu rumah tangga, pekerjaan pertanian, pekerjaan pabrik dan pertambangan, atau mereka dipaksa untuk berperang dalam konflik.

Anak-anak yang paling rentan, terutama para pengungsi dan migran, seringkali menjadi mangsa dan harapan mereka akan pendidikan, pekerjaan yang lebih baik atau kehidupan yang lebih baik di negara baru.

Setiap negara di dunia dipengaruhi oleh perdagangan manusia, dan sebagai akibatnya, anak-anak terpaksa putus sekolah, mempertaruhkan nyawa mereka dan kehilangan apa yang layak diterima setiap anak – masa depan.

Tragisnya, baik anak perempuan maupun laki-laki, rentan terhadap perdagangan anak.

Namun, anak perempuan menjadi target yang tidak proporsional, dan harus menghadapi dampak seumur hidup dari ketidaksetaraan gender dan kekerasan berbasis gender.

Seringkali, anak perempuan di seluruh dunia terpaksa putus sekolah atau tidak diberi akses ke peluang yang menghasilkan pendapatan.

Eksklusi sosial yang dihasilkan ini dapat menjebak anak perempuan dalam siklus kemiskinan ekstrem, serta meningkatkan kerentanan terhadap perdagangan dan eksploitasi.

Karena perdagangan anak sering dikaitkan dengan aktivitas kriminal dan korupsi yang menguntungkan, sulit untuk memperkirakan berapa banyak anak yang menderita.

Tetapi, perdagangan dan eksploitasi merupakan risiko yang meningkat, karena semakin banyak anak di seluruh dunia yang hidup dalam konflik.

Secara global, 426 juta anak hidup di zona konflik saat ini. Itu hampir seperlima dari anak-anak di dunia.

Hidup di tengah konflik meningkatkan paparan anak-anak terhadap pelanggaran HAM berat, termasuk perdagangan anak dan kekerasan berbasis gender.

Kehilangan anak adalah masalah yang sangat memprihatinkan. Statistik penculikan anak menunjukkan bahwa jenis kejahatan ini lebih sering terjadi daripada yang Anda pikirkan, tetapi pelakunya adalah orang yang paling tidak Anda duga.

Tiap Tahun, 8 Juta Anak Anak Hilang di Seluruh Dunia
Setiap tahun, dilansir dari Safe at Last, 15 Maret 2022, sekitar delapan juta anak dilaporkan hilang di seluruh dunia

Di AS, 2.300 anak dilaporkan hilang per hari di mana orang asing menculik kurang dari satu peren anak sehingga orang tua bertanggung jawab atas lebih dari 90 persen penculikan.

Setiap dua menit, seorang anak dilaporkan hilang di Benua Eropa; Pada 2019, Turki memiliki tingkat penculikan 14,86 kasus per 100.000 orang; Di Eropa, sepertiga anak hilang ditemukan polisi pada 2020

Ada tiga jenis penculikan anak: penculikan oleh orang asing, penculikan untuk tujuan membesarkan anak, dan penculikan oleh orang tua.

Jutaan anak hilang setiap tahun, dan karena kurangnya pelaporan, kejadian itu mungkin lebih banyak lagi.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, kombinasi kesadaran dan teknologi, telah memastikan bahwa hampir semua anak kembali ke rumah dengan selamat.

Menurut statistik anak hilang terbaru di seluruh dunia, AS menyumbang 800.000 kasus anak hilang setiap tahun.

Sementara banyak kasus profil tinggi berasal dari AS, spekulasi bahwa penculikan anak adalah masalah AS, ternyata salah, dengan jutaan lainnya dilaporkan di seluruh dunia.

Laporan anak hilang ini, mencakup berbagai situasi, termasuk penculikan. Sementara beberapa contoh penculikan oleh orang tua atau orang asing, contoh lain termasuk melarikan diri, diusir, salah paham, atau tersesat.

Berdasarkan statistik penculikan anak pada 2020, terdapat 178.747 kasus penculikan remaja laki-laki, sedangkan jumlah anak perempuan jauh lebih tinggi, yakni 209.375 kasus.

Tampaknya, penculikan dan usia memang memiliki hubungan terbalik. Semakin tinggi usia orang tersebut, semakin rendah kemungkinan diculik. Misalnya, kurang dari 160.000 orang dewasa diculik pada 2020.

Remaja adalah kelompok usia yang paling sering mengalami penculikan.

Menurut analisis kasus anak hilang, remaja adalah yang paling mungkin menjadi korban. Sementara pers mungkin cenderung meliput kasus anak-anak kecil di bawah usia 12 tahun, statistik menunjukkan bahwa remaja berusia antara 12 dan 18 tahun merupakan 80 persen dari semua penculikan oleh orang tua dan oleh orang asing di AS.

Sementara itu, lebih dari 99 persen anak hilang pulang hidup-hidup.

Realitas Penculikan Anak

Sebagian besar anak yang dilaporkan hilang telah melarikan diri atau terjadi kesalahpahaman dengan orang tua mereka tentang di mana mereka seharusnya berada.

Dari anak-anak dan remaja yang benar-benar diculik, dilansir dari Kids Health, kebanyakan diambil oleh anggota keluarga atau kenalan; 25 persen anak diambil oleh orang asing.

Hampir semua anak yang diculik oleh orang asing diambil oleh laki-laki, dan sekitar dua pertiga dari penculikan oleh orang asing yang melibatkan anak perempuan.

Sebagian besar anak yang diculik berusia remaja. Anak-anak jarang diculik dari halaman sekolah.

Sekitar 2.100 laporan anak hilang diajukan setiap hari di AS. Banyak kasus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, jika orang tua dapat memberikan informasi penting tentang anak mereka, seperti: tinggi badan, berat badan, warna mata, dan foto terbaru yang jelas.

Masih dari Kids Health berikut hal-hal bijaksana yang harus diperhatikan oleh orang tua untuk mencegah penculikan anak.

Di antaranya, pastikan dokumen hak asuh sudah beres; Ambil foto seperti ID anak-anak Anda setiap enam bulan dan sidik jari mereka.

Di AS, nanyak departemen kepolisian setempat mensponsori program sidik jari; Selalu perbarui catatan medis dan gigi anak Anda.

Jadikan keamanan online sebagai prioritas. Internet adalah alat yang hebat, tetapi juga merupakan tempat bagi pemangsa untuk menguntit anak-anak.

Waspadai aktivitas internet anak-anak Anda dan 'teman' ruang obrolan, dan ingatkan mereka untuk tidak pernah memberikan informasi pribadi.

Hindari memposting informasi identitas atau foto anak-anak Anda secara online.

Tetapkan batasan tentang tempat yang dikunjungi anak-anak Anda. Awasi mereka di tempat-tempat, seperti mal, bioskop, taman, kamar mandi umum, atau saat penggalangan dana dari pintu ke pintu.

Jangan pernah meninggalkan anak sendirian di dalam mobil atau stroller (untuk bayi), meski hanya semenit.

Pilih pengasuh bayi dari penyedia pengasuhan anak, dan pilih pengasuh dengan hati-hati, dan periksa referensi mereka.

Jika Anda telah mengatur seseorang untuk menjemput anak Anda dari sekolah atau tempat penitipan anak, diskusikan pengaturan sebelumnya dengan anak Anda, dengan sekolah, atau pusat penitipan anak.

Hindari mendandani anak Anda dengan pakaian yang bertuliskan nama mereka. Ini karena anak-anak cenderung mempercayai orang dewasa yang mengetahui nama mereka.

Salah satu tantangan menjadi orang tua adalah mengajari anak-anak Anda untuk berhati-hati tanpa membuat mereka takut atau cemas.

Harus sering berbicara dengan anak-anak Anda tentang keamanan, dan beri mereka dasar-dasar tentang cara menghindari, dan melarikan diri dari situasi yang berpotensi berbahaya.

Ajari mereka untuk jangan pernah menerima permen atau hadiah dari orang asing; Jangan pernah pergi ke mana pun dengan orang asing, meskipun kedengarannya menyenangkan.

Predator dapat memikat anak-anak dengan pertanyaan seperti 'bisakah Anda membantu saya menemukan anak anjing saya yang hilang?' atau'Apakah Anda ingin melihat beberapa anak kucing lucu di mobil saya?'.

Ingatkan anak-anak Anda bahwa orang dewasa yang tidak mereka kenal, tidak boleh meminta bantuan atau melakukan sesuatu untuk mereka.

Lari dan berteriak jika seseorang mengikuti mereka atau mencoba memaksa mereka masuk ke dalam mobil.

Katakan 'tidak' kepada siapa pun yang mencoba membuat mereka melakukan sesuatu yang Anda katakan salah, atau sentuh mereka dengan cara yang membuat mereka merasa tidak nyaman.

Selalu beri tahu Anda atau orang dewasa tepercaya lainnya, jika orang asing mengajukan pertanyaan pribadi, membuka diri, atau membuat mereka merasa tidak nyaman.

Yakinkan anak-anak bahwa tidak apa-apa untuk memberi tahu Anda, bahkan jika orang tersebut membuat mereka berjanji untuk tidak melakukannya atau mengancam mereka dengan cara tertentu.

Selalu minta izin kepada orang tua untuk keluar rumah, pekarangan, atau area bermain atau untuk masuk ke rumah seseorang.

Kiat-kiat lain yakni pastikan anak-anak yang lebih kecil mengetahui nama, alamat, nomor telepon mereka termasuk kode area, dan siapa yang harus dihubungi jika terjadi keadaan darurat.

Tinjau cara menggunakan nomor darurat lokal; Diskusikan apa yang harus dilakukan jika mereka tersesat di tempat atau toko umum, karena sebagian besar tempat memiliki prosedur darurat untuk menangani anak hilang.

Ingatkan anak-anak Anda bahwa mereka tidak boleh pergi ke tempat parkir untuk mencari Anda.

Instruksikan anak-anak untuk meminta bantuan kasir atau berdiri di dekat register atau di depan gedung jauh dari pintu.

Tunjukkan rumah teman-teman di sekitar lingkungan tempat anak-anak Anda dapat pergi jika ada masalah.
Pastikan anak-anak Anda tahu mobil siapa yang boleh mereka kendarai dan siapa yang tidak.

Ajari mereka untuk menjauh dari mobil mana pun yang berhenti di samping mereka dan dikemudikan oleh orang asing, meskipun orang tersebut terlihat tersesat atau bingung.

Kembangkan kata kode untuk pengasuh selain ibu atau ayah, dan ingatkan anak Anda untuk tidak pernah memberi tahu siapa pun kata kode tersebut.

Ajari mereka untuk tidak berkendara dengan siapa pun yang tidak mereka kenal atau dengan siapa pun yang tidak tahu kata sandinya.

Jika anak Anda sudah cukup besar untuk tinggal di rumah sendirian, pastikan mereka mengunci pintu dan jangan pernah memberi tahu siapa pun yang mengetuk atau menelepon bahwa mereka sendirian di rumah.

Jika anak Anda diculik, maka beberapa jam pertama adalah yang paling kritis dalam kasus anak hilang. Jadi, penting untuk menghubungi polisi setempat, dan segera memberi mereka informasi tentang anak Anda.

Polisi akan menanyakan foto terbaru anak Anda, apa yang dikenakan anak Anda, dan detail tentang kapan dan di mana Anda terakhir kali melihat anak Anda.

Setelah memberi tahu pihak berwenang, cobalah untuk tetap tenang. Anda akan dapat mengingat detail tentang hilangnya anak Anda dengan lebih mudah jika Anda melakukannya.***

Penulis dan editor: Patrick Sorongan
Sumber: SnackVideo, Kids Health, Rilis KemenPPPA, The Global Economy, Katadata, World Population Review, Safe at Last, CNN Indonesia, berbagai sumber

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda