Info Anda post authorelgiants 02 April 2020

Buat Aturannya Super Ketat Didukung Warga yang Disiplin

Photo of Buat Aturannya Super Ketat Didukung Warga yang Disiplin KARANTINA WILAYAH - Dusun Pandu, salah satu wilayah yang menerapkan lockdwon, untuk meminimalisir penyebaran virus corona.

Kata Lockdown sangat populer di tengah merebaknya virus corona (Covid-19). Kebijakan ini dinailai sebagian kalangan adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona. Dengan Lockdown, maka semua aktivita masyarakat dilarang.

Sebagai contoh suksesnya pelaksanaan lockdown bisa kita lihat dari kampung di Lingkungan Karang Bedil, Kota Mataram, yang dipercaya bisa mengantisipasi penyebaran virus corona di Nusa Tenggara Barat (NTB). Angka positif corona di NTB memang hanya empat orang, namun warga Desa Karang Bedil, Mataram, NTB, memberlakukan lockdown untuk mencegah virus corona masuk ke lingkungan mereka.

Selain memasang spanduk bertuliskan lockdown, warga menutup sejumlah pintu masuk menuju kampung mereka. Hal itu dilakukan salah satu cara mengawasi keluar masuknya warga ke kampung mereka. Kepala Lingkungan Karang Bedil, Nirwandi Fikri (29) mengatakan, lockdown diberlakukan melihat tingginya interaksi di lingkungan Karang Bedil.

"Gagasan melakukan karantina lokal atau lockdown ala kampung ini direspons positif dan disetujui oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat kami di sini. Karena memang keluar masuknya warga harus dipantau secara serius, mengingat virus ini sangat berbahaya," kata Fikri.

Fikri menjelaskan, lockdown yang mereka lakukan adalah dengan membuka satu akses pintu masuk menuju kampung. Sementara tujuh titik pintu masuk lainnya ditutup dan dipasang spanduk dengan warna kain dan warna tulisan yang sama.

"Memberlakukan satu pintu masuk ini kami rasa sangat efektif untuk mengawasi orang luar yang berinteraksi dengan warga kampung, Tentu saja dibatasi waktu kunjungan mereka, diperkenankan hanya untuk keperluan mendesak," kata Fikri.

Rohani (60) warga lingkungan Karang Bedil sepakat atas apa yang dilakukan kepala lingkungannya. Menurut dia, penutupan dilakukan demi keselamatan dan kebaikan seluruh warga. Meskipun memang lockdown membuatnya kesulitan membawa barang dagangan ke warung nasi.

Rohani dan suami harus memutar melewati jalur yang dibuka dan boleh dilewati warga. Sedangkan untuk bahan jualannya, bisa diambilnya melewati sela-sela palang kayu jalan di kampungnya.

"Saya tidak keberatan, ini demi kami para orangtua, demi kebaikan kami semua. Meskipun ke warung jalannya memutar, tapi itu tidak masalah," kata Rohani.

Pedagang warung ini juga menyiapkan hand sanitizer di warungnya. Dia juga mengurangi menyentuh makanan dengan tangan dan lebih banyak mengunakan sendok serta alat jepit khusus makanan. Ini dilakukan agar pembeli merasa yakin bahwa kuliner yang disajikan aman dan bersih dari corona.

"Saya juga siapkan sabun untuk mereka cuci tangan dulu sebelum masuk warung saya," katanya.

Di jalur yang bisa dilalui atau tidak dipasangkan spanduk lockdown, warga juga tidak bisa masuk sembarangan. Mereka harus melewati pemeriksaan petugas jaga atau piket di depan pintu masuk. Jika tamu dari luar kampung, akan ditanya asal dan tujuan masuk ke lingkungan Karang Bedil.

Jika berisiko, maka dengan tegas tidak akan diizinkan masuk. Jika warga setempat, boleh masuk asalkan cuci tangan dulu dengan sabun dan air mengalir yang telah disiapkan. Jalur yang dibuka tersebut dengan pemeriksaan ketat.

Beberapa warga yang masuk kampung, tanpa diperintah langsung cuci tangan hingga bersih. Mereka dengan senyum cerah menyapa anak muda yang bertugas piket, serta memberikan salam jarak jauh atau salam corona.

Wulan (20) misalnya, mengaku sangat menghargai kebijakan yang diambil di kampungnya. Baginya, lockdown ala kampungnya sangat keren dan mesti dicontoh di tempat lain. "Ini keren loh, kami jadi merasa terlindungi. Kampung jadi aman, bisa dicontoh di tempat-tempat lain," kata Wulan.

Arbi (23), petugas piket yang tengah berjaga mengaku senang terlibat dalam lockdown ala kampungnya. Arbi tidak sendiri, kepala lingkungan sudah memberikan jadwal piket ke semua warga, terutama anak muda di kampung itu.

"Jadwalnya jelas, pagi jam 07.00-12.00 WITA. Dilanjutkan lagi siang hingga sore hari. Sore hingga jam malam diberlakukan di Kota Mataram, jam 22.00 Wita, " kata Arbi.

Belakunya jam malam bagi sebagian besar warga efektif mengurangi kegiatan kumpul di malam hari, di pinggir jalan, atau di kafe. Apalagi disertai aturan tegas dan sanksi. Warga dari luar daerah diisolasi mandiri Membutuhkan tenaga ekstra untuk mengawasi warga Karang Bedil yang jumlahnya mencapai 700 jiwa.

Namun, dengan lockdown serta kerjasama seluruh warga, semua menjadi lebih mudah. Menariknya lagi, bagi mereka yang baru tiba dari luar daerah, wajib menjalani isolasi mandiri selam 14 hari. Isolasi dipantau warga sekitar, bahkan akan disuplai makanan oleh ibu-ibu PKK di kampung ini agar segera pulih dan tidak terpapar Covid-19. (kompas.com)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda