K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh penting dalam sejarah pembaruan Islam di Indonesia. Dengan berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah, ia mewariskan semangat tajdidiyah-pembaruan yang berfokus pada pemurnian ajaran Islam dari sekat-sekat mazhab dan aliran.
Meski demikian, sulit untuk mengabaikan pengaruh besar tokoh pembaru dunia Islam seperti Syaikh Muhammad Abduh dan Syaikh Rasyid Ridha terhadap pemikiran Ahmad Dahlan.
Pemikiran Syaikh Muhammad Abduh, khususnya terkait pendidikan dan purifikasi Islam, memberikan inspirasi kuat bagi K.H. Ahmad Dahlan.
Purifikasi yang dimaksud oleh Dahlan bukanlah puritanisme keras ala Wahabisme, tetapi sebuah upaya untuk kembali pada inti ajaran Islam sambil tetap menghargai kearifan lokal.
Ini penting untuk diluruskan agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang gerakan pembaruannya.
Seperti Abduh, K.H. Ahmad Dahlan percaya bahwa Islam harus berkembang sesuai dengan zaman tanpa kehilangan esensinya.
Purifikasi yang dilakukan Dahlan lebih mirip rekonstruksi yang bertahap, bukan dekonstruksi yang drastis.
Gagasan ini juga sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam buku Atomic Habits (2018) oleh James Clear, yang menekankan bahwa perubahan besar lahir dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten.
Pendidikan adalah kunci dalam gerakan K.H. Ahmad Dahlan. Pada zamannya, pendidikan Islam di Indonesia masih terperangkap dalam metode yang kolot-lebih menekankan hafalan daripada pemahaman.
Melalui Muhammadiyah, Dahlan memperkenalkan model pendidikan yang modern dan rasional, yang menekankan pada pemahaman serta pengembangan ilmu pengetahuan umum.
Langkah-langkah kecil yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah membentuk kebiasaan baru di kalangan umat Islam.
Pendidikan yang lebih terbuka dan rasional menciptakan pola pikir yang lebih kritis, yang pada akhirnya mengubah cara umat berpikir dan bertindak.
Dalam konteks ini, konsep habitus yang dijelaskan oleh Pierre Bourdieu menjadi relevan, karena pembaruan ini membentuk habitus baru yang berakar pada kebiasaan pendidikan modern.
Kisah pertemuan Ahmad Dahlan dengan Ahmad Surkati, pendiri al-Irsyad, juga menunjukkan bagaimana Tafsir al-Manar karya Abduh dan Ridha menjadi inspirasi besar bagi pembaruan pemikiran mereka.
Tafsir ini, seperti yang dijelaskan dalam Atomic Habits, merupakan salah satu elemen yang mengubah pandangan Dahlan secara perlahan, tapi signifikan.
Syaikh Muhammad Abduh, yang merupakan figur utama dalam pembaruan Islam di Mesir, juga menghadapi tantangan serupa dengan yang dialami K.H. Ahmad Dahlan.
Abduh menolak kekakuan dalam pemikiran agama dan menekankan pentingnya kebebasan berpikir serta ijtihad.
Stagnasi pemikiran dianggap sebagai salah satu faktor utama kemunduran umat Islam, sehingga baik Abduh maupun Dahlan sama-sama mendorong perlunya kebaruan dalam pemikiran.
Kritik Abduh terhadap pendidikan yang hanya menekankan hafalan tanpa pemahaman juga diteruskan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Pendidikan yang pasif hanya akan membuat umat mudah dipermainkan oleh kekuatan eksternal.
Oleh karena itu, gerakan Muhammadiyah hadir sebagai solusi untuk mengatasi kebuntuan pendidikan tradisional yang terlalu statis.
Selain pendidikan, rasionalitas dalam beragama juga menjadi landasan utama dalam pembaruan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Iman, menurut Dahlan dan Abduh, bukan sekadar kepercayaan yang pasif, tetapi harus disertai dengan pengetahuan dan tindakan nyata. Kebiasaan berpikir kritis ini sangat penting dalam membentuk umat Islam yang lebih maju.
Inspirasi yang diperoleh dari tokoh-tokoh seperti Abduh membantu K.H. Ahmad Dahlan membawa umat Islam Indonesia keluar dari belenggu pemikiran tradisional.
Meskipun banyak menghadapi tantangan, Dahlan tetap berkomitmen untuk membawa perubahan melalui pendidikan dan dakwah yang rasional.
Ini adalah cerminan dari langkah-langkah kecil yang konsisten, yang pada akhirnya menciptakan perubahan besar dalam kehidupan umat.
Dalam Atomic Habits, James Clear menekankan efek kumulatif dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan secara terus-menerus.
Apa yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah contoh nyata dari konsep ini-pendidikan yang lebih modern, rasional, dan terbuka menciptakan perubahan sosial yang bertahan hingga hari ini.
Muhammadiyah menjadi salah satu bukti dari hasil kerja keras dan kebiasaan kecil yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Kebiasaan mendidik dengan metode progresif dan menekankan dialog terbuka membentuk fondasi yang kuat bagi umat Islam di Indonesia.
Pendidikan Muhammadiyah yang diajarkan dengan pendekatan kritis, rasional, dan terbuka membawa umat Islam ke arah kehidupan yang lebih seimbang antara tradisi dan modernitas.
Gerakan K.H. Ahmad Dahlan juga menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dicapai melalui langkah-langkah kecil yang dilakukan dengan konsistensi dan tujuan yang jelas.
Purifikasi yang dilakukannya bukanlah bentuk kaku dari pembaruan, tetapi sebuah pendekatan yang fleksibel dan terbuka terhadap kemajuan, tanpa kehilangan esensi agama.
Pada akhirnya, jika kita belajar dari perjuangan K.H. Ahmad Dahlan, kita akan melihat bahwa langkah-langkah kecil dalam pendidikan dan dakwah yang konsisten bisa menghasilkan perubahan besar.
Kebiasaan berpikir kritis dan tindakan yang positif telah membawa Muhammadiyah dan umat Islam Indonesia ke arah kemajuan yang lebih baik.
K.H. Ahmad Dahlan adalah contoh nyata dari bagaimana kebiasaan kecil yang konsisten mampu menciptakan perubahan monumental dalam kehidupan umat Islam.
Beliau menunjukkan bahwa dengan kebiasaan berpikir yang baik, kebiasaan bertindak yang benar, dan pendidikan yang terbuka, sebuah bangsa bisa bangkit menuju kemajuan.
Gerakan Muhammadiyah yang beliau dirikan adalah bukti dari kekuatan kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan dengan komitmen. (*)