LANDAK, SP - Di hadapan ratusan Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Pahauman, Maria Goreti menyampaikan pesan-pesan kebangsaan untuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
Pesan-pesan kebangsaan kepada orang-orang muda disampaikan dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR yang diselenggarakan di Gedung Gereja Katolik Santo Yohanes Pemandi, Paroki Pahauman.
Sosialisasi 4 Konsensus Kebangsaan, atau dalam nomenklatur resminya disebut Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, tidak lain adalah pendidikan politik, khususnya kali ini untuk orang-orang muda.
Ada banyak hal yang perlu disiapkan oleh kaum muda dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045, tetapi hal yang tidak boleh dilupakan adalah jati diri sebagai bangsa.
"Jati diri sebagai bangsa tercermin dalam 4 konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ungkap Maria Goreti dalam pengantar materinya.
Maria Goreti mengatakan bahwa Visi Indonesia Emas 2045 tidak datang dari ruang hampa, atau dari angan-angan kosong.
Visi Indonesia Emas 2045 berangkat dari realita bangsa Indonesia hari ini yang mengalami bonus demografi.
Bonus demografi adalah komposisi demografi yang mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia non produktif. Saat ini, penduduk usia produktif, yaitu usia 15 tahun hingga 64 tahun diperkirakan mencapai 70 persen. Situasi ini melahirkan harapan sekaligus tantangan.
Harapan kita adalah dengan semakin banyaknya penduduk yang produktif, maka tingkat kemakmuran diharapkan semakin tinggi.
"Namun, di sisi lain, ada tantangan yang muncul, yaitu bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas dan bagaimana meningkatkan daya saing orang-orang muda untuk dapat mengisi peluang-peluang pekerjaan yang baik,” papar Maria.
Menurut Maria, mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 bukan semata-mata memikirkan diri sendiri untuk dapat hidup lebih sejahtera.
Mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 adalah bagian dari perjuangan bersama sebagai suatu bangsa, seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
"Pada tahun 2045, atau dua puluh tahun lagi, bangsa Indonesia akan memperingati hari kemerdekaan yang ke-100. Pada saat itu, kalian yang sekarang berumur duapuluhan akan berusia empatpuluhan," tuturnya.
"Kalianlah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan. Di usia 100 tahun merdeka, seharusnya bangsa Indonesia sudah berhasil mewujudkan cita-cita kemerdekaan, yaitu mewujudkan masyarakat yang berdaulat, adil, dan makmur," sambung Maria Goreti.
Proklamasi kemerdekaan, ujarnya, hanyalah pintu gerbang dan jembatan emas menuju masyarakat yang berdaulat, adil, dan makmur.
"Selama 100 tahun menuju tahun 2045, kita berjuang untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan itu. Jika dulu semua pemuda bersatu memikul senjata mengusir penjajah, sekarang semua pemuda harusnya bersatu mengusir kebodohan dan kemiskinan,” papar Maria.
Menurut Maria, orang-orang muda harus membekali diri dengan keterampilan dan pengetahuan yang luas.
Pendidikan adalah kunci untuk membuka akses-akses kepada kemajuan. Pendidikan bukan hanya untuk mengisi kognisi, tetapi juga mengasah softskill, budi pekerti, iman, dan juga wawasan kebangsaan.
Kecintaan kepada bangsa dan negara akan menjadi salah satu motivasi kita berjuang membela martabat bangsa dengan memajukan kehidupan dalam segala aspek, sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang disegani dalam pergaulan bangsa-bangsa dunia.
Bangsa kita adalah bangsa yang besar, yang dirajut dari berbagai perbedaan, baik suku, budaya, bahasa daerah, pulau, dan agama. Perbedaan-perbedaan itu bukan menjadi alasan untuk saling menutup diri, tetapi untuk saling membuka diri dan saling memperkaya.
"Oleh karena itu, orang muda Katolik tidak boleh hidup eksklusif, tetapi harus inklusif dan bekerjasama dengan golongan lain,” papar Maria.
Dalam paparannya, Maria Goreti juga mengatakan bahwa orang muda tidak boleh apatis terhadap politik. Menurutnya, mulai dari memerdekakan diri hingga menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini semuanya adalah pekerjaan politik.
Kebanyakan orang menganggap politik itu kotor. Mungkin benar permainan politik banyak yang tidak mengindahkan etika, dan bahkan penuh dengan intrik-intrik jahat. Tetapi jika orang-orang baik menghindari politik, maka orang-orang jahatlah yang akan memimpin kita.
"Oleh karena itu, orang muda jangan apatis terhadap politik. Jika tidak berminat untuk terjun ke dalam politik praktis, setidaknya gunakan hak politik kalian untuk memilih pemimpin-pemimpin yang baik. Jangan terlibat di dalam praktik-praktik politik kotor, misalnya money politic, pembunuhan karakter terhadap lawan politik, dan lain-lain,” ungkap Maria.
Maria Goreti juga mengingatkan bahwa dalam beberapa hari ke depan akan memilih pemimpin-pemimpin daerah melalui Pilkada Serentak 2024.
“Orang muda harus menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana, dengan bepedoman pada etika politik dan hati nurani. Memilih bukan berdasarkan hasutan, intimidasi, ataupun iming-iming imbalan sesaat, tetapi berdasarkan pengenalan rekam jejak dan kapasitas para calon. Menggunakan hak pilih dengan benar untuk mendapatkan pemimpin yang baik adalah salah satu sumbangan orang muda dalam membangun bangsa,” pungkasnya. (*)