PONTIANAK, SP - Alumni Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura (IAFT Untan) Pontianak dan Forum Insinyur Muda Persatuan Insinyur Indonesia (FIM PII), sukses menggelar Diskusi Panel tentang Pengendalian Banjir Pontianak.
Kegiatan yang didukung oleh para ahli teknik dan asosiasi pekerja teknik konstruksi di Kalbar ini mengangkat tema “Inovasi dan Kolaborasi: Solusi Terintegrasi Pengendalian Banjir Kota Pontianak”, ini berlangsung di Hotel Mercure Pontianak, Sabtu, 23 November 2024.
Adapun pendukung Diskusi Panel tentang Pengendalian Banjir Pontianak ini di antaranya adalah Universitas Tanjungpura (Untan), Universitas Panca Bakti (UPB), Ikatan Alumi Fakultas Teknik (IAFT) UPB, BPD Gapensi Kalbar, DPP Inkindo Kalbar, DPD Perkindo Kalbar, DPD Intakindo Kalbar, HATHI Cabang Kalba, DPD HATTI Kalbar, DPD ASTTI Kalbar, dan Masyarakat Peduli Sungai dan Parit Pontianak.
Kegiatan ini menghadirkan Ir. H. Edi Rusdi Kamtono, M.M., M.T., Swali Kota Pontianak Periode 2018-2023, sebagai keynote speaker.
Kemudian ada para pembicara dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak, perwakilan Balai Wilayah Sungai Kalimantan I (BWSK I) Pontianak, dan praktisi ahli profesional tentang kajian banjir di Pontianak.
Adapun para peserta kegiatan ini adalah para tenaga ahli teknik, praktisi ahli profesional, mahasiswa, dan massyarakat peduli Sungai dan parit di Kota Pontianak.
Menurut Ketua Panitia Kegiatan, Herwani, ST., kegiatan ini diselenggarakan oleh IAFT Untan dan FIM PII, yang didukung oleh berbagai pihak yang peduli akan masalah banjir di Kota Pontianak.
“Acara ini bertujuan untuk mengumpulkan para ahli di bidang teknik untuk membahas pendekatan inovatif dan kolaboratif dalam pengelolaan banjir di Pontianak. Wawasan dan keahlian mereka sangat berharga dalam merumuskan solusi yang berkelanjutan dan efektif untuk Kota Pontianak,” paparnya.
Pria yang juga merupakan Wakil Ketua Umum III (WKU III) DPP Perkindo dan pernah menjabat sebagai Ketua DPD Perkindo Kalbar menyatakan bahwa adanya endetan kejadian banjir di Kota Pontianak, sehingga pihaknya mencoba memberikan sebuah wadah untuk para ahli bertemu dan mencari solusi yang terbaik baik, terutama untuk membantu kebijakan untuk ke depannya.
“Misalnya saja ada kajian penanganan banjir dari sisi BMKG, di mana banjir ini terjadi jarena iklim, dan bukan hanya semata-mata salah kebijakan. Bisa jadi memang curah hujan cukup tinggi karena pengaruh iklim global warming dan adanya kerusakan lingkungan. Nah solusi ini yang harus kita satukan,” ujarnya.
“Kami berharap, dengan adanya pembicara dari berbagai kalangan, bisa menyatukan pemikiran, sehingga saat penerapan solusi dari masalah banjir di Kota Pontianak tidak tumpang tindih, namun justru bersama-sama menanganinya,” papar Herwani.
Pada sesi pemaparan, Edi Rusdi Kamtono menyatakan bahwa solusi mengatasi genangan banjir yang kerap terjadi di Pontianak, dengan topografi Pontianak berada 0,1 hingga 0,5 meter dibawah permukaan laut, pihaknya sudah memiliki Masterplan penanganan Mitigasi banjir di Kota Pontianak.
Edi menjelaskan, penyebab banjir di Pontianak ada tiga hal, pertama pasang air laut, dimana ketika pasang maksimum hingga 1,7 meter maka akan banjir, dan ia mengatakan selama kepemimpinannya jalanan telah ditinggikan untuk mengatasi.
Penyebab kedua yakni hujan yang menyebabkan genangan, dan ketiga hujan bersamaan dengan banjir rob, maka genangan akan terjadi. ''Kita sudah punya masterplan, Insha Allah bila kita diberi kesempatan maka akan bisa diatasi,'' ujarnya.
“Kota Pontianak telah lama mengalami banjir yang disebabkan topografi yang rendah di bawah air pasang pada bulan-bulan tertentu, yaitu pada bulan November, Desember, dan Januari dimana yang ditambah juga dengan curah hujan tinggi mengakibatkan terjadinya banjir semakin tinggi. Sejatinya dengan pemaksimalan pompa air di Kota Pontianak sudah membantu penyurutan genangan air yang ada,” ungkapnya
Ia juga menyebutkan bahwa drainase yang ada di Kota Pontianak sebenarnya berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Namun, beberapa titik tidak optimal yang disebabkan beberapa faktor.
“Drainase ini berfungsi tapi tidak optimal, karena ada penyempitan, ada gangguan tiang atau balok jembatan, ada kabel-kabel lilitan, sampah, dan endapan. Itu yang menghambat dan harus ada usaha normalisasi kedepannya,” tuturnya.
Melalui diskusi yang dilaksanakan ini, dirinya mengharapkan semoga akan muncul inovasi-inovasi dalam penanganan banjir di Kota Pontianak untuk kedepannya.
“Mudah-mudahan diskusi ini bisa menambahkan inovasi-inovasi dalam penanganan banjir di Kota Pontianak kedepannya,” ucapnya. (*)