PONTIANAK, SP - Neraca Perdagangan Kalimantan Barat (Kalbar) selalu tetap tergaja di Angka Surplus.
Hal ini menjadi catatan positif, di tengah terjadinya dampak perubahan kebijakan Amerika Serikat pada pasar negara berkembang yang perlu diwaspadai.
Rilis Pertumbuhan Kuartal Ketiga Negara-Negara Masih Mengindikasikan Tren Pertumbuhan yang Divergen.
Secara umum, negara berkembang di Asia tumbuh lebih kuat, Amerika Serikat menunjukkan resliensi ekonominya, sedangkan Eropa menunjukkan pertumbuhan yang relatif stagnan.
Di Asia, Vietnam mencatatkan pertumbuhan tinggi yang konstan, Malaysia, Filipina &
Indonesia masih tumbuh cukup kuat, Singapura mencatat pertumbuhan tercepat dalam dua
tahun pada Q3. Hingga Q3 2024 Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5%.
Neraca perdagangan Kalimantan Barat hingga Q3 2024 tetap terjaga di angka surplus dengan
nilai US $159,69 juta dengan akumulatif di 2024 sebesar US $957,69 juta.
Nilai impor dan ekspor Kalimantan Barat masing-masing sebesar US $63,22 juta dan US $222,93 juta.
Sektor Pertanian Mendominasi Perekonomian Kalimantan Barat
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat secara year on year berada di angka 4,87% dan
menempati urutan ketiga setelah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Distribusi perekonomian di Kalimantan Barat didominasi oleh sektor pertanian dengan nilai distribusi 21,58% diikuti oleh sektor industri, perdagangan besar, dan konstruksi.
Di sisi lain sektor real estate menempati urutan tertinggi lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan paling pesat di Kalimantan Barat dengan pertumbuhan year on year sebesar 9,42%.
Tingkat inflasi Kalimantan Barat hingga 31 Oktober 2024 sebesar 1,58% (year on year) dengan
tingkat inflasi tertinggi berada di Kabupaten Sintang yaitu sebesar 2,31% dan tingkat inflasi
terendah berada di Kota Singkawang yaitu sebesar 1,33%.
Selanjutnya kesehteraan petani dan nelayan dinilai baik dengan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) tercatat masing masing berada pada angka 162,35 dan 101,26. NTP Kalbar pada Oktober 2024 menempati posisi tertinggi se-regional Kalimantan dan berada di atas nasional.
Hal tersebut sejalan dengan kontribusi lapangan usaha terbesar di Kalimantan Barat terdapat
pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.
Highlight Kinerja APBN di Kalimantan Barat Hingga 31 Oktober 2024
Realisasi pendapatan APBN Regional Kalimantan Barat mencaai Rp9.919,6 miliar (79,66%
dari target).
Sementara itu realisasi Belanja APBN Regional Kalimantan Barat dalah sebesar Rp26.231,58 miliar dengan Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp8.684,26 miliar dan Transfer ke Daerah sebesar Rp17.547,32 miliar.
PPh masih mengalami kontraksi yang dipengaruhi oleh peningkatan restituis pajak sebesar
183% jika dibandingkan dengan tahun 2023.
Penerimaan pajak dari sektor industri pengolahan mengalami kontraksi, sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran menunjukkan pertumbuhan positif dan mengalami peningkatan kontribusi.
Sementara itu pos PNBP telah melampaui target yang ditetapkan (130,81%). Sinyal positif datang dari pos Bea Keluar dimana tarif Crude Palm Oil (CPO) mengalami peningkatan kolom dan diperkirakan akan terus meningkat untuk bulan November dan Desember 2024.
Sampai dengan 31 Oktober 2024, TKD yang tercatat telah disalurkan sebesar Rp17.547,33
miliar dengan realisasi penyaluran tertinggi secara persentase terdapat pada komponen Dana
Desa yakni sebesar 90,47%.
Secara nominal, penyaluran TKD tertinggi terjadi di Pemerintan Provinsi Kalimantan Barat (Rp2.561,71 miliar) dan terendah di Kabupaten Kayong Utara (Rp583,46 miliar).
Secara persentase salur dari total alokasi TKD, tertinggi adalah Kabupaten Melawi (92,06%) dan terendah adalah Kabupaten Sanggau (80,30%).
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro (Umi). Sampai dengan November 2024, penyaluran KUR di Kalimantan Barat mencapai Rp3,80 triliun untuk 52.966 debitur dan mengalami pertumbuhan 12,03% (year on year).
Sementara itu jumlah penyaluran pembiayaan Ultra Mikro (UMi) mencapai Rp103,93 miliar untuk 23.067 debitur.
“Aksesibilitas terhadap informasi KUR dan UMi yang masih rendah khusunya bagi UMKM
yang berada pada daerah terluar. Oleh karena itu Peran pemerintah daerah pada optimalisasi
penyaluran KUR melalui penginputan data calon debitur sangat diperlukan,” jelas Gunawan
Setiono Kepala Seksi Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II B Kanwil DJPb Provinsi
Kalimantan Barat.
Penyaluran KUR terbesar terdapat di Kabupaten Ketapang (12,94%) dan realisasi terendah
berada di Kabupaten Kayong Utara (1,97%).
Penyaluran terbesar dialokasikan pada sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan (46,13%). (*)