Sosok post authorKiwi 13 Mei 2022

Grand Plan NU Kalbar (2)

Photo of Grand Plan NU Kalbar (2) Balon Ketua PWNU Kalbar, Dr. H. Syarif, S.Ag, M.A

Setelah poin pertama Grand Plan NU Kalbar-nya ingin melakukan Sistematika Harokah (Nizhâmiyatu Al-Harakah), yakni mengiringi gagasan Ketum PBNU tentang "The Governing NU" yaitu menjadikan pola kerja NU (PWNU Kalbar) seperti pola pemerintahan.

Kini, pada poin keduanya, Balon Ketua PWNU Kalbar, Dr. H. Syarif, S.Ag, M.A akan melakukan optimalisasi dalam aktualisasi potensi SDM NU Kalbar berbasis transformasi maindset untuk konstruksi organisasi (Tanzhîmu Al-Jam'iyyah).

"InsyaAllah mampu kita," tegas Rektor IAIN Pontianak ini.

Menurut dia, saat ini potensi SDM NU Kalbar luar biasa kualifikasinya. Keterdidikan para kader NU saat ini sangat masif sampai di jenjang tertinggi sekali pun.

Nyaris di semua lini kehidupan kader-kader NU terlihat potensinya.

"Jadi menurut saya para kader NU saat ini sangat perlu menyadari potensi dirinya. Nah, kesadaran diri ini merupakan bagian dari yang harus dikonstruksi sebagai bagian penting dalam transformasi maindset," kata Syarif.

"Tujuannya supaya pimpinan NU Kalbar ke depan harus punya maindset untuk memikirkan dan mewujudkan distribusi kader di semua sektor kehidupan. Transformasi maindset ini penting supaya PWNU Kalbar terutama pemimpinnya menyadari dan dapat mewujudkan tema penting "NU Besar dan Membesarkan"," tambahnya.

Tentu besarnya NU harus dapat membesarkan jamaah dan jam'iyyahnya. Sehingga tidak ada kader NU yang hanya berhajat membesarkan dirinya sendiri apalagi berhajat hanya mengendarai NU.

Untuk hal ini memang dibutuhkan pemimpin NU Kalbar yang visioner dan memiliki daya serta pengalaman meng-organize yang mapan. Tak kalah pentingnya pemimpin yang dimaksud harus memiliki ketulusan dan ruh ke-NU-an yang kuat.

Maksudnya pemimpin NU yang fikrah dan daya harakahnya sebesar-besarnya memang untuk menguatkan dan membesarkan NU dari semua sisi berbasis pontensi-pontensi NU yang ada.

Selanjutnya, bagian yang tak kalah urgennya dalam transformasi maindset bahwa pengurus itu harus mengurus NU.

"Muassis NU Khadlrarus Syekh Hasyim Asy'ari berjanji bagi yang mengurus NU untuk diakui sebagai santrinya. Siapa yang diakui sebagai santrinya, Beliau mendoakan agar hidupnya husnul khatimah. Ingat bagi yang mengurus NU," tuturnya.

Artinya, para kader NU yang berkenan untuk berkhidmat dan tidak sekadar membubuhkan namanya masuk dalam daftar nama kepengurusan.

Kata "mengurus" itu mengandung makna harakah--gerakan, proses, berbuat, dan yang senada-nya.

"Kalau perlu tidak hanya bergerak atau gerakan, tetapi menjadi muharrik--subyek yang menggerakkan, penggerak. Yaitu orang yang dapat menjadikan orang lain bergerak dalam tata organize yang baik," pungkas Syarif. (*/bersambung)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda