Kesejatian manusia diukur ketika ia mampu memanusiakan manusia. Sikap ini hanya dapat lahir dari kesadaran murni bahwa semua makhluk, apapun suku, agama, ras dan golongannya, adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai inilah yang terpatri kuat dalam jiwa Anggota Kepolisian Resort (Polres) Singkawang, Aipda Muhammad Irvan.
Dengan sikap memanusiakan manusia itu, Aipda Irvan, sapaan akrabnya, menyelamatkan puluhan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terbelit masalah dan belasan kaum lansia (lanjut usia) di Kota Singkawang.
Ada kepuasan dan kebahagian tak terperi yang Aipda Irvan rasakan saat menolong mereka yang membutuhkan, sebuah kebahagiaan yang tak dapat ditukar dengan apapun.
Selain menjalankan tugas sebagai polisi di Polres Singkawang, Aipda Irvan tak pernah berhenti menjalankan misi kemanusiaan, hingga dia mendirikan dan menakhodai sebuah yayasan Netizen Cinta Singkawang (NCS). Yayasan ini dibentuk untuk memberikan layanan kemanusiaan kepada masyarakat Kota Singkawang. Selain itu, yayasan ini juga memberikan bantuan hukum bagi kaum marjinal.
Aipda Irvan lahir di Kota Pontianak 42 tahun silam. Menamatkan masa sekolah dasar di SDN Negeri 71 Pontianak tahun 1994, dan SMP Negeri 88 Jakarta tahun 1997.
Menjadi polisi merupakan cita-citanya. Maka, setamat Sekolah Teknik Menengah Pontianak tahun 2000, Irvan mendaftar sebagai anggota kepolisian. Tahun 2002, ia ditempatkan pertama kali di Polres Singkawang hingga sekarang.
Perjalanan panjang sebagai abdi negara, tak membuatnya lupa akan tugas lain di masyarakat. Bahkan melebihi panggilan tugasnya sebagai anggota kepolisian, Aipda Irvan juga kerap melakukan bakti sosial, dan dikenal luas oleh masyarakat Singkawang sebagai polisi yang humanis.
Tahun 2019, bertepatan dengan pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Aksi penyelamatan pertama Aipda Irvan yakni membantu pemulangan warga Singkawang, korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Tiongkok.
Korban berinisial L ini kerap mendapatkan kekerasan fisik dan L meminta tolong Aipda Irvan melalui media sosial, Facebook. Mendapatkan laporan tersebut, Aipda Irvan melaporkan ke KBRI Beijing dan berhasil dipulangkan ke Singkawang.
Melihat fenomena yang terjadi khususnya di kota Singkawang, jiwanya terpanggil untuk membuka diri untuk membantu kaum lemah TKI yang kesulitan untuk pulang ke Indonesia.
Irvan bercerita, sejak itu dirinya membuka diri melalui media sosial Facebook untuk menjadi penghubung antarkeluarga yang anggota keluarganya bekerja di luar negeri.
"Dasar saya membuka diri pada saat itu kasihan melihat warga kita yang bekerja di luar negeri tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya. Saya dapat banyak laporan dari TKI kita yang mengalami kekerasan fisik hingga kesulitan pulang," ucap Aipda Irvan kepada Suara Pemred, Minggu, 11 Juni 2023.
Dari situ, Aipda Irvan sudah berhasil selamatkan puluhan TKI dan temukan TKI yang bekerja puluhan tahun di luar negeri yang tak dapat berkomunikasi dengan keluarga.
"Alhamdulillah sudah banyak yang saya pulangkan, baik itu yang (bekerja) di Tiongkok, maupun Kuching, Malaysia," katanya.
Aipda Irvan mengatakan bahwa penyelamatan TKI menjadi tugas bersama karena memanusiakan manusia itu sangat manusiawi.
"Membantu orang lain itu ada kepuasan tersendiri yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan timbul kegembiraan dalam hati karena dapat membantu orang lain," ungkap Aipda Irvan.
Satu dari contoh penyelamatan TKI yaitu berhasil Aipda Irvan pulangkan ke Indonesia yaitu seorang perempuan berusia 30 tahun asal Singkawang berinisial CV.
CV mendapatkan ancaman kekerasan seksual dari pria asal Bangladesh. CV masuk ke Kuala Lumpur, Malaysia lewat jalur tak resmi. Saat itu, ia diiming-imingi sebuah pekerjaan yang baik dan pantas oleh temannya.
Selama tiga bulan di Kuala Lumpur, ia dijanjikan pekerjaan, namun selang beberapa waktu tak ada panggilan.
Korban CV juga menceritakan bahwa selama di CV kebetulan saat itu pandemi Covid-19. Jadi, semua warga lockdown (karantina wilayah) dan berada di hotel.
Semasa lockdown itulah, ia mendapatkan ancaman pemerkosaan. Mengalami hal tersebut, CV menghubungi Aipda Irvan untuk meminta tolong.
"Saat itu saya hubungi pak (Aipda) Irvan minta bantu keluarkan saya dari hotel tempat kami lockdown selama Covid-19. Setelah itu, pak Irvan hubungi kenalannya di Malaysia dan menjemput kami untuk ke tempat lebih aman," ucap CV.
Setelah Covid-19 mulai mereda, CV diantar pulang ke Indonesia dengan selamat.
"Kalau tak ada pak Irvan, saya tak tahu apa yang terjadi, dan sekarang sudah pulang di Indonesia," ujar CV.
Berbeda lagi dengan korban Susi Rizki. Ia berhasil ditemukan dengan keluarga setelah putus kontak selama 13 tahun. Isak tangis pun pecah saat pertama kali terhubung dengan keluarga melalui video call. Susi kerja di Malaysia di sebuah kedai kopi.
Berkat bantuan Aipda Irvan dan para netizen, akhirnya Susi Rizki bisa bertemu dengan orang tuanya.
"Selama 13 tahun tidak ada kabar sama sekali, Susi hilang kontak karena waktu dulu dia pergi ke Malaysia. Saat itu, dia tidak punya handphone. Selama bekerja di Malaysia semua dokumen dia hilang, sehingga tidak bisa pulang ke Indonesia," cerita Irvan.
Sementara Ibu Susi (Singkawang) sudah pasrah dengan keadaan anaknya. Bahkan sempat mengira jika anaknya sudah meninggal dunia. Namun rasa haru ibunya muncul seketika, setelah tahu bahwa Susi sudah menikah dan punya anak di Malaysia.
Mendapatkan informasi itu, Aipda Irvan segera menghubungi Kantor Imigrasi Singkawang, dan berkoordinasi dengan imigrasi pihak Malaysia untuk mengurus kepulangan Susi ke tanah air.
"Akhirnya Susi bisa bertemu keluarganya di Singkawang," tutur Aipda Irvan dengan sedikit menghela napas.
Bangun Panti Kaum Lansia
Dikenal polisi humaris dan berjiwa sosial tinggi, Aipda Irvan juga membangun Panti Jompo berkonsep hotel di Singkawang. Panti dua lantai ini terletak di Jalan Tani 2, Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat.
Panti ini dirikan di atas lahan seluas 24x25 meter dengan tujuan untuk menampung para lansia yang ada di Singkawang dan butuh bantuan tempat tinggal yang layak.
Aipda Irvan bercerita bahwa keinginannya untuk membangun Panti Jompo berawal dari seringnya dia turun ke lapangan dan melihat kondisi lansia yang hidupnya sendiri dan tak terurus.
"Saat di lapangan saya banyak melihat lansia-lansia yang hidup sebatang kara dengan tempat tinggal yang tidak layak huni, bahkan tinggal jauh dari jangkauan kota," kata Aipda Irvan.
Modal awalnya pun terbilang sangat kecil. Kata Aipda Irvan, untuk awal-awal membangun ia memakai uang tabungan dari arisan Bhayangkari sebesar Rp2 juta. Berjalannya waktu, aksinya tersebut mendapatkan dukungan dari teman di media sosialnya. Juni 2023 ini, panti sudah siap ditempati para lansia.
Aipda Irvan mengungkapkan, panti yang dibangunnya memiliki 24 kamar, dan dilengkapi dengan ruang dapur, ruang makan, ruang santai, dan sarana olahraga ringan bagi para lansia.
"Ada 14 lansia yang sudah tempati kamar, terdiri dari tujuh lansia perempuan, lima laki-laki dan satu anak kecil," terangnya.
Aipda Irvan kembali mengenang mimpinya dulu membangun panti jompo akhirnya terwujud, meskipun sempat tak yakin karena berbagai hal.
Dia tetap bertekad dan memutuskan untuk mewujudkan impiannya untuk membangun Panti Jompo. Bahkan sempat menjadikan tempat tinggalnya sebagai tempat singgah (shelter) khusus orang-orang lansia.
"Sebelum panti jadi, sudah ada lansia yang kita tampung di rumah pribadi sambil menunggu proses pembangunan selesai," katanya.
"Dan lansia yang kita tolong pun ada yang sakit dan kita rawat. Alhamdulillah sekarang sehat. Yang awalnya tidak bisa jalan, sekarang bisa jalan," sambungnya.
Salah satu lansia yang berada di Panti Jompo milik Aipda Irvan, Liau Kun Djin (84) menceritakan, sebelumnya dia tinggal sendirian di Pemangkat. Liau Kun Djin mengalami penyakit stroke. Dia tak mengingat bagaiman ia berada di jalan dan ditemukan Aipda Irvan.
"Waktu itu saya sedang berada di semak-semak pinggir jalan dalam kondisi tidak bisa berjalan atau bergerak karena stroke, dan bertemu dan diajak pak Irvan ke pantinya yang berada di Singkawang," cerita Liau.
Selama berada di panti, ia dirawat secara intensif oleh Aipda Irvan dan sering dibawa cek ke dokter serta jalani terapi tradisional tiga kali.
"Bersyukur sekarang ini saya sudah bisa berjalan," ungkap Liau.
Dapatkan Penghargaan
Buah dari kebaikan, Aipda Irvan mendapatkan penghargaan dari Kapolres Singkawang dalam peringatan HUT Bhayangkara ke-76 pada 2022 lalu.
Penghargaan itu diberikan kepada Aipda Irvan atas dedikasi dan aksi sosialnya dalam membantu masyarakat dan membangun Panti Jompo di Kota Singkawang.
Selain tu, penghargaan lainnya juga ia dapatkan saat berhasil menyelenggarakan operasi bibir sumbing gratis dan aksi keperdulian sosial lainnya. (narwati)