Pada poin kelima atau terakhir dari Grand Plan NU Kalbar rancangan Balon Ketua PWNU Kalbar, Dr. H. Syarif, S.Ag, M.A, yakni ingin mewujudkan NU Kalbar besar.
Poin ini semata untuk membesarkan jam'iyyah dan jamaah, dalam rangka tetap menjadi penyangga tegaknya Pancasila, Bhinneka Tuggal Ika, NKRI, UUD-45 , khususnya di Kalimantan Barat.
"Ini khitthah kita," kata Syarif.
Kebesaran NU tidak saja dari sisi jamaahnya yang terbesar di dunia, tetapi besarnya NU dapat dilihat dari besar hajatnya para Muassisnya yang menyandarkan lahirnya NU kepada Allah SWT.
"Juga besarnya NU saat ini dari sisi para ulamanya. Kita harus sependapat bahwa di dunia ini tidak ada jam’iyyah diniyah yang sekaya NU dalam hal jumlah dan kealiman ulamanya. Secara signifikan semua orang mengakui ini," ungkap Rektor IAIN Pontianak ini.
Pertanyaannya, saat ini adalah bahwa bagaimana besarnya NU ini dapat menjadi kekuatan untuk membesarkan jamaah dan jam’iyyah. Dalam artian makna penguatan dalam wujud ril berbentuk harakah.
"Untuk mewujudkan ini kita harus merancang siasah atau strateginya. Tentu diawali dengan melakukan sekala prioritas dan target dari program yang menjadi listing penopang visi-misi kepemimpinan NU Kalbar ke depan," ujarnya.
Menurut dia, untuk menjadi pemimpin NU Kalbar ke depan tidak semudah ambisi pengampunya. Dibutuhkan pemimpin yang punya gaya pengkhidmatan besar terhadap NU. Pengkhidmatan yang dimaksud harus diawali dengan kemampuan membaca persoalan saat ini dan adaptasinya dengan situasi zaman now.
Untuk men-the real factkan kebesaran NU, maka NU Kalbar Kalbar ke depan ini pemimpinnya harus tidak sekadar berhajat membubuhkan namanya dalam struktur kepengurusan.
"Ialah melainkan harus bisa mengukur diri dengan visi-misi yang ril untuk setahap demi setahap dapat mewujudkan kebesaran NU ini dalam dunia kehidupan nyata, dalam arti, tidak sekadar retorika.
Pemimpin NU Kalbar ke depan harus mempu menarasikan visi-misinya ke dalam bentuk kerja nyata. Pemimpin NU Kalbar ke depan tidak boleh bermental “besar pasak dari pada tiang”.
Kemudian, tambahnya tidak boleh hanya besar kemauan, tapi miskin idealitas dan tipis kebisaan dan pengalamannya dalam meng-organize.
"Untuk hal ini, dengan izin Allah saya telah merancang isi narasi ini ke dalam bentuk rencana kerja yang ril dan terukur. Beridealitas membesarkan jamaah dan jam’iyyah dalam rangka tetap menjadi penyangga utama NKRI harus kita wujudkan sebagai khitthah fikriyah dan harakah kita. InsyaAllah," tutup Syarif. (*)