Sosok post authorKiwi 19 Juni 2022

Irjen Pol (Purn) Didi Haryono, Komut Bank Kalbar & Mantan Kapolda Kalbar: Waktu Pernah 'Berhenti Berputar'!

Photo of Irjen Pol (Purn) Didi Haryono, Komut Bank Kalbar & Mantan Kapolda Kalbar: Waktu Pernah 'Berhenti Berputar'!

BANYAK suka duka yang dialami oleh Irjen (Purn) Didi Haryono selama mengabdi di Korps Bhayangkara pada 1986-2020. "Ada hikmahnya, apalagi kita menjadi lebih dekat dengan masyarakat," katanya.
Komisaris Utama Bank Kalbar sejak 2020 ini mengakui bahwa begitu banyak kisah tak terlupakan selama menjadi polisi.

"Contohnya, begitu tamat dari Akpol (Akademi Kepolisian), saya langsung ditugaskan menjadi Kapolsek Lolowau di Polres Nias, Polda Sumut," kenang Kapolda Kalbar pada 16 November 2017 – 3 Februari 2020 ini.
Di wilayah tugas perdananya di pelosok Kabupaten Kepulauan Nias itu, Didi -panggilan akrabnya- harus menguatkan jiwa dan raganya.

Lolowan terbentang berkilo-kilometer dari Gunung Sitoli, Ibukota Nias, yang jalannya berubah menjadi lautan lumpur jika hujan turun.

"Benar-benar ujian begitu lulus dari Akpol," lanjut Didi. "Jangankan ke Kecamatan Lolowan, untuk mencapai Nias dari Medan (Ibukota Sumatera Utara) benar-benar 'perjuangan', lewat perjalanan darat yang berlika-liku, hingga menyeberang laut ke Gunung Sitoli. Bayangkan saja kondisi transportasi darat dan laut tahun 1986 itu."

Waktu seakan Berhenti Berputar

Begitu tiba di Lolowan, Didi kaget ketika mengetahui bahwa tak ada bangunan Markas Kepolisian Sektor. Hanya terdapat sebuah rumah warga yang dialokasikan sebagai Mapolsek Lolowan.

"Di dinding rumah itu, ada tulisan 'Kantor Polisi'," kenang Didi, mengela nafas panjang.

Bukan itu saja. Karena masih berusia muda, penempatan Didi di polsek itu sempat menghadapi reaksi tak mengenakkan dari sejumlah anak buahnya yang berusia lebih tua.

"Tapi itu masalah psikologis isko yang segera hilang dan bisa saya atasi," ujarnya.

Mapolsek itu juga menjadi rumah bagi Didi dan para personelnya. "Ada satu kamar besar. Kami tidur bareng d situ, berjejer. Cuma, karena saya komandan mereka, saya diberi alas tikar tebal, sehingga posisi tidur saya lebih tinggi dari teman-teman peronel," tambah Didi, terkekeh.

Karena jarak Lolowan sangat jauh dari pantai dan juga Gunung Sitoli, Didi bersama para personel nya harus mandiri dalam urusan makan. Halaman belakang 'mapolsek' pun diubah menjadi kebun sayur-mayur.
Kalau ingin makan daging maka Didi kerap berburu menggunakan senapan angin. Tapi, burung-burung yang berhasil ditembak pun dagingnya kecil.

"Bulunya banyak, badannya terlihat lumaan gede. Tapi begitu bulunya dibersihkan, tenryata ukurannya kecil. mana bisa buat makan kenyang?" kenang Didi

Saat Hari Raya Lebaran, Didi menjalaninya dengan 'mensyukuri semua nikmat Allah' sekalipun selalu terbersit kenangan manis tentang masa kecilnya saban lebaran di kampung halamannya, Sambas .

"Saya juga orang biasa. kadang saya pikiir, 'kenapa saya, seorang lulusan Akpol, ditempatkan di tempat seperti ini? Di pulau lagi.Kalau perasaan itu datang, saya selalu saja ingat Sambas," tambahnya.

Jika rindu Sambas, Didi sebulan sekali menghubungi orangtuanya lewat telpon dari Mapolres Nias di Gunung Sitoli.

"Sekalian ambil gaji dan belanja bulanan, gula, teh, kopi, dan lauk-pauk yang tahan lama, seperti dendeng. Kan di Lolowan tiak ada warung. Makanya saya dan seorang anggota, saban bulan ke Gunung Sitoli. Kami pikul ransel, isinya macam-macam," kenang Didi yang menjabat Kaur Binops Polres Nias pada 1986 sebelum menjabat Kapolsek Lolowan.

Hanya saja, wilayah kerjanya itu relatif aman. Jika pun terjadi kasus kriminalitas, didominasi masalah keluarga, terutama soal mas kawin.

"Di daerah itu, mas kawin itu menyangkur harga diri. Yang menentukan nilai mas kawin adalah paman dari calon mempelai wanita. Paman si wanita akan mengukur lingkar perut seekor babi yang dipilih," tutur Didi.

"Dari berapa meter ukuran perut babi, maka paman-paman si wanita akan menentukan berapa nilai mas kawin yang harus diberikan oleh si lelaki. Dan mas kawin harus dibagi rata kepada paman-paman itu. Jika ada yang tidak mendapat mas kawin, maka pembunuhan bisa saja terjadi," kenangnya.

Ini Medan, Bung!

Dari Nias, Didi ditugaskan di Poltabes Medan. "Nah, barulah saya merasa 'hidup normal'. Bangga pula, karena lambang seragam polisi saya sudah berganti, jadi 'Poltabes Medan'," katanya terkekeh.
Pada dekade 1980-an, Medan dan sekitarnya tergolong terutama oleh peredaran ganja. "Dulu itu, sebagian besar narkoba didominasi oleh ganja, dan saya bertugas sebagai reserse, selalu berada di lapangan," tambahnya.

Kala itu, nyawanya sebagai seorang anggota reserse selalu di ujung tanduk. Apalagi, ketika itu kaum preman di Medan bisa mengendalikan polisi di semua level. Jadi, polisi yang dilihat jujur oleh kelompok preman ini harus selalu waspada.

Tak heran jika pistol selalu terselip di pinggang Didi. "Apalagi, pelaku kriminalnya juga ngeri-ngeri, Pernah saat menggerebek rumah seorang pelaku, orang itu sembunyi di belakang pintu, tanpa bersuara. Begitu saya mendobrak pintu, astaga! Muncul ayunan parang panjang, sangat tajam. Sontak saya menunduk, serrr, lewatlah si parang di atas kepala. Andai saya telat nunduk, selesailah!" ujar Didi.

Didi tidak merokok, tapi menjadi perokok setelah bertugas di Poltabes Medan. Merokok akan dianggap jantan oleh rekan-rekannya sesama polisi.

'Ini Medan, Bung!" kata rekannya ketika Didi yang baru saja bertugas di Poltabes Medan, diihat tidak pernah merokok.

Bendera Tengkorak

Setelah melawati perjalanan karier yang panjang, singkatnya, Didi ditugaskan menahkodai menjabat Polda Kalbar pada 16 November 2017 hingga 3 Februari 2020.

Pada 2020, Didi meninggalkan Polda Kalbar. Berdasarkan Telegram Mutasi Jabatan oleh Kapolri Jenderal Idham Azis, Didi ditempatkan di Mabes Polri sebagai Analisis Kebijakan Utama Itwasum Polri.
Ketika itu,AsSDM Kapolri Irjen Pol Eko Indra Heri menyatakan bahwa dalam surat tersebut terdapat delapan Polda yang mengalami penggantian kepemimpinan.

Mutasi itu disebutnya sebagai hal yang wajar di kepolisian karena merupakan bentuk regenerasi organisasi.

Selama tiga tahun menjabat Kapolda Kalbar, Didi dikenal sebagai sosok yang merakyat, dan dekat dengan warga Kalbar, apalagi dirinya kelahiran Sambas.

Penghobi olahraga jalan kaki dan sepeda ini juga penggemar otomotif. Ketika menjabat sebagai Kapolda Kalbar, Didi pernah touring senja bersama Pangdam XII/Tpr, Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad berkeliling Pontianak.

Keduanya mengendarai motor gede merek Royal Enfield dan Honda CMX500 Rebel bersama sejumlah komunitas motor di Pontianak.

Di Polda Kalbar, disiplin selalu ditanamkan oleh Didi kepada jajarannya, serta menjadikan Polda Kalbar sebagai pelayan terbaik masyarakat.

"Program saya adalah Polda Berkibar. Nah, kata 'berkibar' ada dua konotasinya, baik secara terminologi dan harafiah. Secara harafiah, adalah 'berkibar' seperti bendera, di mana bendera merah putih di setiap kantor pemerintah," rinci Didi.

Adapun secara terminologi, 'berkibar' berarti 'berkinerja dengan benar'. Berkinerja dengan benar itu sendiri memiliki dua sisi.

"Dua sisi ini, adalah pertama, 'zero ilegal', di mana tidak boleh satupun hal-hal ilegal terjadi di Kalbar. Kedua, 'zero toleran', di mana tidak satu pun anggota dapat memberikan toleransi ke semua hal-hal yang ilegal," ujar Didi.

"Jadi, bagi anggota yang kinerjanya baik, tiap bulan kami berikan bendera jempol. Sebaliknya, bendera tengkorak bagi yang kinernya kurang baik. Ini untuk memotivasi personel," katanya.

Jabatan sebagai Kapolda Kalbar berusaha dijalani oleh Didi sesuai Tribata Polri hingga purna tugas pada 2020.

Beberapa bulan kemudian, pasca menjabat sebagai Kapolda Kalbar disusul sebagai Analisis Kebijakan Utama Itwasum Polri Polri, Didi pun purna tugas.

Tak lama kemudian, masih pada 20290, Didi diminta oleh Gubernur Kalbar bersama para bupati dan walikota se-Bumi Khatulistiwa, untuk menahkodai Bank Kalbar.

Syaratnya, proses seleksi yang sangat ketat termasuk fit and proper test dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), harus dijalaninya.

Toh, itu bukan masalah bagi Didi. Baginya, purna tugas di Polri bukan berarti dirinya harus berhenti berkarya. Didi mengikuti semua prosedur itu baik tes wawancara, tes psikologi, tes tertulis, hingg akhirnya dinyatakan layak untuk menahkodai bank berstatus BUMD ini.

"Tentu saja, tiada kata berhenti bagi kita untuk selalu berkarya, khususnya dalam membangun Kalbar. Umur kan sekadar angka, jadi saya harus bisa untuk terus berkarya, harus bisa mengimprovisasikan diri, agar fungsi otak kanan dan kiri kita ini bisa tetap bekerja," katanya.

Ilmu untuk memimpin Bank Kalbar juga diperoleh oleh Didi dengan cara belajar dari para pejabat di dalamnya, selain Didi memang sudah terbiasa memimpin selama aktif di Polri, termasuk selama menjabat Kapolda Kalbar dan juga Kapolres Kapuas Hulu.

Kandidat doktor dari Sekolah Pascasarhjana Universitas Indonesia ini, mengakui bahwa manajemen perbankan dan polisi sangatlah berbeda.

Perbankan memiliki dewan pelaksana dan dewan pengamas. Dewan pelaksana adalah jajaran direksi, dan dewan pengawas adalah jajaran komisaris.

"Beda dengan di kepolisian. Di level polda , misalnya, manajemennya langsung kapolda. Tapi, wajar jika manajemen perbankan beda dengan Polri, karena manajemen perbankan harus detil, karena yang dikelola adalah keuangan , dan kalau di Bank Kalbar, yang dikelola adalah uang daerah," tambahnya.

"Bagi saya," katanya, "Setiap kita diberi amanah untuk menjabat apa pun, maka kita harus bisa. Istilahnya, melakukan organization head audit, bagaimana kita mengecek kesehatan organisasi melalui aspek: personel, sistem operasionalisas, anggaran, dan infrastrur atau Sampars (Sarana dan Prasarana Pendukung).

"Baik di organisasi Bank Kalbar dan kepolisian juga sifatnya pelayanan. Nah, untuk memberikan pelayanan yang baik, saya selalu berpegang pada teori motivasi dan produktivitas," ujarnya.

"Teori ini hampir sama dengan teori prosperiti dan teori sekuriti. Jadi, ada lima kebutuhan manusia, mulai dari yang basicly, dan aktualisasi, di mana keduanya harus dipenuhi untuk masyarakat, dan di satu sisi, poduktivitasnya harus disesuaikan," rincinya.

Sebagai contoh, kata Didi lagi: "Misalnya hari ini, saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak. Nah, proruktivitasnya saya pun menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan, sehingga keduanya berjalan paralel, dan prosesnya tidak bisa melanggar hukum."

"Nah di Bank Kalbar, saya bersama teman-teman di dewan komisaris dan jajaran direksi, begitu kami dipercaya oleh Pak Gubernur, oleh bapak dan ibu bupati dan walikota, kami langsung membuat program Pilpro (Penampilan dan Program)," turur Didi.

Jadi, tambahnya: "Ada lima penampilan, baik kantor, personel dan operasional. Nah, penampilan kantor, tentunya, harus mengikuti protitipe kantor bank, dan mengiktui kearifan lokal di setiap daerah."

Kedua, penampilan personel. "Bagaimanapun, pelayanan personel harus memiliki kemampuan , baik secara profesional, komunikatif, dan informatif ," tambah Didi.

Ketiga, terkait penampilan operasinal. Jadi, ujarnya: "Setiap pegawai Bank Kalbar harus mampu melakukan operasionalisasi , yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya."

Begitu pula dengan penampilan program, di mana semua program digital, medsos dan sebagainya, harus berjalan. Kinerja pelaksana-pelaksananya dievealuasi setiap bulan.

"Ini seperti saya terapkan dulu di Polda Kalbar. Jadi, anggota yang baik, tiap bulan kami berikan bendera jempol, kalau yang tidak, bendera tnegkorak. Begitu pula di Bank Kalbar, yang tujuannya untuk memotivasi personel, karena ada reward bagi mereka yang berkinerja baik," tambahnya.

Mengenai pemetaan (mapping) kekuatan personel, menurut Didi, terlebih dahulu harus melihat visi misi dari program tiap organisasi.

"Kemudian, tinggal disesuaikan. Nah, di tataran pelaksanaan, kita gunakan manajerial itu, kemudian melihat juga bagaimana saat pelaksaannya," katanya.

Dalam mengelola manajemen, Didi selalu menggunakan manajemen dari analisis SWOT. "Pisau-pisau analisis itu yang selalu saya pegang," katanya. "Sehingga, alhamdullilah, implenmentasi tugas itu juga makin melengkapi ilmu yang saya dapat dari pendidikan (Akpol).

Analisis SWOT sendiri adalah strategi yang digunakan untuk memonitor dan analisis eksternal perusahaan, baik lingkungan internal untuk suatu tujuan bisnis tertentu.

SWOT merupakan akronim dari kata: kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek, atau suatu spekulasi bisnis.

Selain itu, SWOT menggunakan tujuan yang menargetkan bisnis atau proyek yang spesifik, dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, yang mendukung dan yang tidak mendukung dalam mencapai tujuan tersebut.

Proses ini dibahas lebih baik dengan menggunakan tabel, yang dibuat dalam kertas besar, sehingga dapat dianalisis dengan baik dari setiap aspek.

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis, dan memilah berbagai hal yang memengaruhi keempat faktornya, kemudian dipetakan dalam gambar matriks SWOT:

Kekuatan (strengths) yang mampu mengambil keuntungan dari peluang (opportunities) yang ada,
kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan dari peluang (opportunities) yang ada.

Teknik SWOT dibuat oleh Albert Humphrey ketika memimpin proyek riset di Universitas Stanford pada dekade 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500;.

Revitalisasi UKM di Kalbar

Menurut Didi, Bank Kalbar juga memiliki program-program yang masif terkait revitalisasi dan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"UKM sudah menjadi program unggulan Bank Kalbar, dan juga sudah sejalan dengan program pusat dan daerah, sehingga UKM menjadi perhatian kami dan stake holders, dalam mengelola, dan mensejahterakan masyarakat di Kalbar," rinci Didi.***

Wartawan penulis dan editor: Patrick Waraney Sorongan

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda