Waktu kecil setelah tamat SD, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Syarif, S.Ag, M.A. ingin masuk pesantren di Jawa dan Madura.
Saat itu, pria yang didukung mayoritas pengurus Kota/Kabupaten PCNU di Kalbar maju sebagai kandidat Ketua PWNU Kalbar masa khidmat 2022 -2027 ini ingin ikut seorang kiyai ke Kepanjen Malang untuk menjadi santri sambil mengabdi (ngabuleh). Ngabuleh artinya nyantri sambil mengabdi karena biaya yang dibayar hanya sebagian. Ingin ngabuleh ini karena orang tua Syarif tergolong tidak mampu. Tetapi itu pun tidak jadi ke pesantren oleh karena biaya yang sudah hanya bayar separuh pun tidak bisa dipenuhi. Saat itu hanya dengan biaya Rp25.000 perbulan atau Rp. 300.000 pertahun tidak bisa dipenuhi karena tidak mampu.
Karena tidak jadi nyantri, Syarif dibujuk oleh para gurunya juga orang tuanya supaya melanjutkan sekolah. Kemudian Syarif melanjutkan sekolah di MTsN Ketapang pada tahun 1985. Saat Syarif masuk sekolah di Tsanawiyah, orang tua Syarif menjadi kuli menggali parit/selokan dan menguras wc. Saat itu SPP di Tsanawiyah Rp1.500 perbulan. Itu pun kadang menunggak sampai dua atau tiga bulan. Karena gagal menjadi santri dan melanjutkan ke MTsN, Syarif mengikuti saran orang tuanya supaya menjadi guru agama. Saat itu yang menjadi rujukan orang tua dan masyarakatnya adalah guru agamanya di SD yaitu Bapak Wan Muhammad.
Akhirnya setelah tamat dari MTsN Syarif merantau ke Pontianak untuk melanjutkan sekolahnya di PGAN Pontianak tahun 1988. Sejak MTsN Syarif mengurus administrasi sekolahnya sendiri mengingat orang tuanya yang buta huruf.
Sejak dari MTsN hingga di PGA, Syarif cukup berprestasi yaitu paling rendah Syarif bisa mencapai rangking 3 di kelasnya. Oleh karena itu sejak MTsN juga di PGAN menjadi bagian dari penerima beasiswa Supersemar. Di PGAN Pontianak Syarif pernah menjadi 4 besar juara umum dari 6 kelas angkatan 1988-1991. Berkat menjadi penerima beasiswa Supersemar di PGAN Pontianak itu Syarif dapat menabung dan akhirnya bisa melanjukan studinya ke strata 1 di Fakultas Tarbiyan IAIN Syarif Hidayatullah Cabang Pontianak tahun 1991.
Di IAIN Syahid Cabang Pontianak saat itu hanya ada dua jurusan yaitu PAI dan Bahasa Arab. Syarif memilih jurusan Bahasa Arab mengikuti nasihat ayahnya. Pilihan ini dia ambil mengingat di kampungnya para tokoh agama fanatik dengan bahasa Arab. Cikal bakal pengetahuan bahasa Arab yang dimiliki Syarif ialah dari guru favoritnya yaitu Habib Ismail al-Qadri dan guru agamanya Habib Muhammad Bin Habib Shalih.
Di samping itu Syarif menimbanya dari guru-gurunya di MTsN Ketapang dan PGAN Pontianak. Berkat bekal pengetahuan bahasa Arabnya itu, Syarif juga berprestasi di kelasnya. Syarif juga tercatat penerima beasiswa Supersemar dan beasiswa BNI saat di bangku kuliahnya. Syarif juga tercatat sebagai lulusan tercepat Jurusan Bahasa Arab di kelasnya dan pada wisuda sarjana IAIN Pontianak tahun 1996.
Di samping prestasi sekolah dan kuliahnya, Syarif juga punya prestasi kemahiran sebagai qari dan yang lainnya. Syarif pernah menyumbang 22 piala di sekolahnya PGAN Pontianak sebagai juara qiraat, cerdas cermat, membaca puisi, adzan, syarhil quran, ceramah, obade dan baris-berbaris dalam lomba upacara bendera. Syarif yang hobi qiraat dan puisi ini gemar mengikuti perlombaan dalam even-even di masyarakat, baik yang diselenggarakan oleh masjid-masjid, sekolah-sekolah, maupun oleh pemerintah seperti MTQ/STQ. Sebagai qari, Syarif sampai ke tingkat dewasa pernah menjadi juara di Kalimantan Barat.
Dalam mengenang prestasinya ini, Syarif justru tidak bangga dengan prestasinya. Tapi Syarif justru bercerita haru dan bangga dengan cerita kondisi ekonominya dalam menjalani sekolah dan kuliahnya. Waktu di PGA Syarif menjualkan kue orang dititipkan di warung-warung dengan konsinyasi. Dalam kondisi jauh dari orang tua, setiap habis jam sekolah, Syarif mengantar dan menarik kue ke dan dari warung-warung yang dititip secara konsinyasi dengan keuntungan 20 rupiah per kue. Usaha menjualkan kue orang ini berlanjut sampai di masa kuliahnya, bahkan sampai menjelang jadi sarjana. Di samping itu juga Syarif mengajar ngaji dengan gaji 20 ribu rupiah per bulan. Syarif juga saat sekolah pernah menjadi penjual ikan di Pasar Flamboyan Pontianak. Kenangan dalam ekonominya saat sekolah, Syarif sangat terkesan oleh pengalamannya “diturunkan di setengah perjalanan oleh supir oplet di jalan Ahmad Yani karena ongkos yang diminta tidak cukup. Saat itu ongkos oplet Rp100 tapi saya hanya punya Rp50. Maka saya diturunkan di tengah jalan di depan museum Ayani.
“Saya berjalan kaki ke rumah tempatnya menumpang, rumah kakak sepupu saya di Jalan Sepakat 1. Sampe sekarang saya masih ingat muka supir oplet itu,” kenang Syarif.
Selain menjalankan aktifitas belajar dan pekerjaannya, ternyata Syarif sebagai seorang aktivis. Syarif memulai keaktifannya sejak dari MTsN aktif di gerakan Pramuka dan OSIS. Begitupun ketika di PGAN Pontianak Syarif juga aktif di OSIS dan Pramuka. Di OSIS selalu diaktifkan oleh seniornya sebagai seksi dakwah. Di gerakan Pramuka di PAGN Pontianak Syarif sempat menjadi pengurus inti di ambalan sebagai sekretariat. Di masyarakat, Syarif aktif sebagai aktifis remaja masjid di Masjid Islamiah, yang terletak di Jalan Imam Bonjol Pontianak. Dalam organisasi pengkaderan, Syarif pernah dikader sebagai aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) semasa sekolah di PGAN Pontianak tahun 1989-1991. Setelah kuliah, Syarif juga pernah dikader di Ikatan Pelajar Putra Nahdhatul Ulama (IPNU) tahun 1991-1993. Syarif juga mengikuti pengkaderan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Pontianak dimulai pada tahun 1991.
Di HMI Syarif sampai ke tingkat pengkaderan Advance Training (LK-III). Di HMI Syarif pernah terpilih sebagai Ketua LDMI HMI Cabang Pontianak pada tahun 1994. Juga sempat menjadi Ketua Komisariat Tarbiyah HMI Cabang Pontianak pada tahun 1994-1995. Bahkan Syarif pernah menjadi Pengurus PB HMI sebagai Wasekum Eksternal pada Tahun 2004-2005.
Bagitupun di masyarakat, Syarif sampai sekarang aktif menjadi pengurus ormas keagamaam dan kemasyarakatan. Syarif juga aktif sebagai sekretaris PCNU Kota Pontianak, sebagai Wakil Ketua DMI Kalbar, dan sebagai Ketua Harian 1 IKBM Kalbar. Masih ada lagi hanya Syarif cukup menceritakannya sampai di situ saja. (*)