Sosok post authorKiwi 26 April 2022

Pernah Jadi Tukang Ojek Payung

Photo of Pernah Jadi Tukang Ojek Payung Dr. H. Syarif, S.Ag, M.A.

Karena prestasi di kuliahnya, setelah jadi sarjana Dr. H. Syarif, S.Ag, M.A tidak sempat menganggur. Setelah diwisuda Syarif langsung dijadikan dosen luar biasa di almamaternya.

“Saat itu saya dikasi mata kuliah praktik qiraah dan Pendididikan Bahasa Arab. Saya gembira sekali dipercaya untuk mengabdi di almamater saya walau honor saya terima setiap satu semester atau enam bulan sekali. Saya ingat sekali honor pertama saya sebagai dosen luar biasa sebesar Rp62 ribu. Itu honor 6 bulan, tapi saya senang sekali,” kenang Syarif.

Syarif melanjutkan, “Sebelum jadi dosen, saya  telah memiliki pengalaman mengajar, yaitu pernah menjadi guru bahasa Arab di SD Mujahidin Pontianak pada tahun 1995-1997, pernah menjadi guru bahasa Arab dan Al-Qur’an hadis di MTs Assa’adah Tanjung Hilir. Bahkan pernah menjadi kepala MTs di sekolah tersebut pada tahun 1995-1996. Saya juga berpengalaman menjadi guru TPA di beberapa TPA di Pontianak, seperti di TPA 45 dan Mujahidin,” ceritanya.

Setelah setahun Syarif menjadi dosen luar biasa Syarif mengikuti tes PNS formasi Dosen. Saat itu syarat untuk menjadi dosen cukup dengan ijazah S1 dengan syarat IPK 3,00. “Alhamdulillah saya lulus tes dalam formasi dosen bahasa Arab pada tahun 1997. SK CPNS saya keluar pada bulan Mei 1998. Saya menyebutnya SK pertama pada masa reformasi, dan SK itu sebagai hadiah ulang tahun saya. Setelah setahun saya menjalani CPNS dan kemudian telah PNS, saya mengikuti tes S2 dan lulus.” kisahnya bersemangat.

Syarif menuturkan, “Saat itu untuk menjaring calon peserta S2 Departemen Agama datang ke kampus dan melakukan tes. Saya lulus dengan kuliah biaya mandiri. Saya kuatkan tekad, saya memilih kuliah di Program Pascasarjana UIN Syahid Jakarta dan saya berangkat tahun 1999. Kondisinya merantau ke Jakarta tak ubahnya seperti dari ketapang ke Pontianak. Untuk memenuhi hajat menuntut ilmu, saya kembali berjibaku dengan keadaan akibat kondisi ekonominya yang kurang dari kebutuhannya. Saat itu saya baru saja PNS dengan gaji penuhnya 182 ribu. Itu pun penuh dalam hitungan. Dalam kenyataan gaji tersebut dipotong tiap bulan karena meminjam nama temannya mengambil pembiayaan di bank.” kenangnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dengan satu istri dan dua orang anaknya, Syarif menunggu dapat undangan membaca Alquran pada acara-acara PHBI dan nikahan. Juga sesekali dapat dari honor sebagai Khatib Jumat. Akhirnya Syarif menyiasati keadaannya, pada bulan ketiga di Jakarta Syarif bekerja di Tanah Abang sebagai tukang ojek payung. Keadaan demikian bertahan cukup lama sampai akhirnya Syarif bekerja sebagai kuli panggul kabel data di Glodok. Sebelum total bekerja di Glodok Syarif masih sambil menjadi tukang ojek payung. Sebagai tukang panggul di Glodok, Syarif sampai malam hari mengingat kerjanya setengah hari karena paginya masih kuliah. Setelah mata kuliahnya selesai baru Syarif dapat full seharian bekerja di Glodok. Saat itu saya sambil jualan komputer kepada teman-teman saya di Pascasarjana. Juga seiring berjalannya waktu saya juga biasa mendapat orderan besar penjualan unit komputer. “Pernah saya mendapat sub kontra pengadaan komputer mencapai 104 unit di satu Kementerian di bilangan Salemba,” tutur Syarif.

Selama bekerja sebagai tukang ojek payung di Pasar Tanah Abang dan kuli panggul di Glodok, anak-istri dan teman-teman Syarif tidak tahu. Pun sampai Syarif memiliki toko komputer di Glodok mereka tidak tahu. Tahunya anak-istri Syarif sebagai aktifis sosial. Syarif dari yang semula hanya untuk menyambung hidup di Kota Metropolitan, hingga menjadi mahasiswa-pengusaha.

Syarif juga memiliki konter seluler di Poin Squer saat itu. Namun dia mengenang sedih karena telah mengorbankan cita-cita untuk menjadi wisudawan tercepat. Padahal sejak semester dua Syarif telah menyusun proposal tesis. Syarif menyelesaikan kuliahnya dan meraih gelar Magister Agama pada tahun 2003 setelah menempuh waktu selama 4 tahun. Pada tahun yang sama, Syarif terdaftar sebagai peserta Program Doktor jurusan Tafsir-Hadis melanjutkan Jurusan Magisternya di almamater yang sama.

Dalam menempuh pendidikannya di S3 Syarif tetap menjalankan usahanya bahkan sempat merambah ke dunia Forex. Syarif juga sebagai pengusaha ritel menjadi produsen penghemat listrik dan menjadi suplayer ke PT Kobra International di bilangan Kuningan Jakarta Selatan. (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda