Syiar Ramadan post authorBob 03 Mei 2021

Ramadhan dan Dua Pelindung Diri

Photo of Ramadhan dan Dua Pelindung Diri Sueib Qirom, Staf Rektor IAIN Pontianak

Dalam setahun terdapat dua belas bulan dan diantara dua belas bulan, terdapat satu bulan yang sangat ditunggu-tunggu kaum muslimin diseluruh dunia tak ketinggalan kaum muslimin yang ada di negeri Indonesia yang tercatat sebagai penduduk muslim terbesar di dunia hingga hari ini.

Satu bulan tersebut yakni dinamakan bulan suci Ramadhan. Ramadhan kini tengah hadir menemani hari-hari kaum muslimin, sudah pasti disambut dengan suka cita. Ramadhan yang identik dengan kewajiban melaksanakan shaum sebulan penuh sudah pasti disambut hangat, rasa gembira tak terelakkan

Ramadhan adalah bulan sucinya umat Islam. Melaksanakan ibadah mahdhah yang mana aktivitasnya sudah ditentukan syarat dan rukunnya, adapun salah satu ibadah mahdhah yang menjadi ciri khas Ramadhan yakni shaum Ramadhan.

Bulan beribadah dan mendekat kepada Allah SWT. Hari-hari untuk beramal sholeh karena pahala yang dilipat gandakan. Bulan ketika Allah buka pintu ampunan selebar-lebarnya pada hamba yang banyak melakukan dosa dan kesalahan. Luar biasa istimewa bulan barokah ini.

Pelaksanaan shaum di bulan suci ramadhan merupakan perisai atau penjaga. Yang tidak hanya bertujuan mewujudkan keshalehan individu tapi juga keshalehan umat. Karena hakekat taqwa adalah terwujudnya ketaatan pada seluruh aturan Islam baik skala individu, keluarga, masyarakat maupun negara. Bahkan bagi pemimpin yang menegakkan syariat Islam disebut juga sebagai perisai.

Suatu sikap yang wajar ketika setiap diri dari jiwa kaum muslimin menginginkan shaumnya benar-benar bisa mewujudkan ketaqwaan yang hakiki. Dan sungguh amat disayangkan ketika ramadhan berlalu begitu saja dan hanya meninggalkan kisah tanpa bekas taqwa. Maka dari itu, suatu hal yang harus di upayakan dengan penuh kesungguhan dan kesadaran untuk bertindak atas dasar iman dan ketaatan penuh kepada Allah SWT semata.

Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup

Kerusakan yang terjadi hingga detik ini, diakibatkan karena manusia telah mengabaikan al-Qur’an dan mengambil hukum ala manusia. Ramadhan dikatakan sebagai momentum taat dengan pernak-pernik sejuta kebaikan.

Tak segan untuk melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya serta khusyuk ditambah bumbu-bumbu amalan sunnah tanpa terkecuali, berbagi sedekah sebanyak-banyaknya tanpa henti.

Apalagi di siang hari saat melaksanakan shaum, kaum muslimin tidak hanya menjadikan shaum sebagai rutinitas menahan lapar dan haus semata melainkan juga menjadikan shaum sebagai rutinitas menahan amarah dan sabar sebagai pemanisnya demi meraih kemuliaan dan keutamaan ramadhan yang penuh pengampunan. Tapi sungguh memilukan, tak sedikit yang mengaku Muslim tapi tidak sepenuhnya mengambil Islam sebagai jalan hidup

Siapapun orangnya, selama orang tersebut seorang Muslim maka sudah pasti memiliki keyakinan yang serupa atas wajibnya kaum muslimin mengimani al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

Namun faktanya, jangankan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup bahkan untuk sekedar membacanya saja masih banyak yang enggan dan untuk menghafalkannya terasa begitu berat.

Padahal kebanyakan dari kita sudah sangat memahami keutamaan membaca al-Qur’an, menghafalkan apalagi mengamalkannya didalam kehidupan, termasuk tentu saja memperjuangkannya agar al-Qur’an benar-benar bisa diterapkan dalam mengatur seluruh aspek lini kehidupan

Ramadhan dengan Kedua Pelindung

Ramadhan yang didalamnya terdapat shaum yang merupakan amalan pokok yang wajib tertunaikan sekaligus berperan sebagai perisai dari perilaku maksiat ke perilaku taqwa. Tentu sejalan dengan adanya perintah dari Allah SWT, hanya saja tidak cukup dengan ketaqwaan individu saja yang terbentuk dan meningkat karena perintah dan larangan Allah SWT tidak hanya menyangkut persoalan individu semata.

Banyak sekali hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga, masyarakat bahkan negara. Dalam hal ini, dibutuhkan pemimpin yang mampu menerapkan al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan Sunnah sebagai pemanis tambahan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kaarena Ramadhan merupakan bulan yang istimewa maka sudah sepatutnya kaum muslimin berjuang melanjutkan kembali visi dan misi hidup sesuai al-Qur’an dan Sunnah agar tujuan Ramadhan sebagai bulan mewujudkan dua pelindung bukanlah asumsi yang tiada pengaplikasian. Wallahu ‘A’lam Bissawab. (*)

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda