TOLERANSI merupakan instrumen utama kerukunan. Di negeri kita pernah lahir trilogi kerukunan yaitu kerukunan intra umat beragama, kerukunan antar umat bergama, dan kerukunan antara umat beragama dan pemerintah.
Dalam bulan ramadhan yang kali ini bertepatan dengan bulan April 2022. Pada ramadhan kali ini trilogi kerukunan tadi dapat kita saksilan serentak terlaksana.
Dimulai dari awal ramadhan hari pertama puasa. Di dalam kalangan umat Islam sendiri terjadi perbedaan. Ada yang memulai hari pertama puasanya tanggal 2 April, dan ada yang memulai tanggal 3 April.
Pada perbedaan penetapan hari pertama berpuasa ini tampak tidak ada masalah di kalangan umat Islam. Pada fakta ini telah terwujud kerukunan intra umat bergama yaitu umat Islam.
Ketepatan yang memulai puasanya pada tanggal 3 karena mengikuti penetapan 1 ramadhan yang diumumkan pemerinta. Pada fakta ini seluruh umat Islam tidak protes kepada pemerintah alias menerima. Fakta ini pula menunjuk bahwa kerukunan antara umat beragama dan pemerintah telah terwujud.
Di bulan april ini ada dua hari besar keagamaan yaitu peringatan wafat Isa Al.asih dan Hari Paskah 15 dan 17 April 2022. Dalam suasa umat Islam menjalankan ibadah puasa saudara-saudara kita umat Nasrani memperingati hari keagamaan mereka.
Fakta ini merupakan wujud kerukunan antar umat beragama. Sungguh indah negeri kita ini yang menurut saya kita telah menapaki arah "relasi sosial yang unggul" (meminjam istilah Gusmen--Menteri Agama).
Fakta kerukunan antar umat beragama ini merupakan bentuk sikap toleransi bangsa kita Indonesia. Yaitu sikap yang diprilakui oleh orang-orang kokok dalam meyakini, memagang, memahami, dan mengamalkan ajaran agama mereka, tetapi pada saat yang sama mereka ridha, ikhlas, bahkan senang menyilahkan orang lain yang berbeda akidah untuk melakukan hal yang sama dengan agama yang dianutnya.
Sesungguhnya hal inilah yang menjadi bagian penting dari hikmah menjalankan puasa ramadhan, bahwa hikmah puasa adalah membersihkan hati dari penyakitnya. Bangga ('ujub) yang berlebihan dalam bergama dan beribadah merupakan penyakit hati.
'Ujub ini di antaranya melahirkan tinggi hati, yaitu sifat yang merasa dirinya lebih unggul dan lebih baik dari orang lain. Jika hal ini sebatas menjadi kebanggaan peribadi sebenarnya hanya negatif bagi jiwanya sendiri. Namun jika kebanggaan itu dibarengi dengan perilaku merendahkan orang lain apalagi menghina berupa ujaran kebencian misalnya, maka yang seperti inilah yang merusak instrumen-instrumen toleransi.
Puasa sesungguhnya menggaedence kita kepada kesalehan universal yaitu perilaku yang berbasis hati nurani. Hati nurani suaranya akan muncul jika penyakit hati dapat disembuhkan.
Kebaikan universal itu ialah kebaikan yang dapat dilihat pada perilaku yang ketika diwujudkan maka semua orang suka, tanpa melihat latar belakang pelakunya, baik dari segi suku-bangsanya, warna kulit, bahkan agama. Inilah al-khairât yang dimaksud Tuhan dalam gaedenceNya.
walau syâalláhu laja'alakum ummatan wâhidatan wa lâkin liyabluwakum fîmâ âtâkum fastabiqu al-khairât, ilallâhi marji'ukum jamî'an fa yunabbiukum bimâ kuntum fîhi takhtalifûn -- sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu pada karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan," (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 48)
Al-khairât dalam beberapa kitab tafsir di maknai dengan "al-khairâtu hiya mâ yarghabu fîhi al-kullu ka al-shidqi wa al-'adli -- kebaikan itu adalah sesuatu (perbuatan) yang semua orang suka seperti kejujuran dan keadilan".
Makna inilah kesalehan uviversal. Siapapun yang melakukan itu semua orang menyukainya. Teks ayat di atas jelas menggariskan bahwa apa yang sering diperselisihkan itu ranah Allah Yang Maha Tahu. Dan pengadilan benar salah tentang isi perbedaan itu nanti Allah yang mengadili di akhirat.
Maka, dari pada kita merangsek ke garis ranah Allah mendingan kita ciptakan kesalehan-kesalehan universal yang pasti sangat berguna bagi semua sisi kehudupan.
Terutama kita ini sebagai bangsa yang sangat majemuk, sangat dibutuhkan pemikiran, keyakinan, dan sikap berbasis kesalehan universal ini. Karena keberagaman ini justru sebagai karini yang sangat bernilai jika kita pandai mensyukurinya.
Jadi, hubungan puasa dengan toleransi terletak bahwa puasa adalah sebagai kawah candra dimuka untuk melembutkan hati dengan terkikisnya penyakit di dalamnya.
Hati yang bersih hanya akan melakukan kebaik-kebaikan kepada semua orang. Akan menghargai keberadaan orang lain apapun kondisinya. Hati yang baik tidak akan mempersoalkan seseorang di sisi apapaun baik suku bangsa, warna kulit dan garis keturunan, bahkan agamanya. Inilah sesungguhnya toleransi itu.
Jika kita kaitkan hikmah besar puasa ini sesungguhnya masuk dalam inti ajaran agama yaitu tentang pengendalian diri. Ibnu 'Arabi dalam kitab al-futuhât al-makiyya? menuturkan "al-islâmu huwa aslamtu lillâhi wa inkhala'tu anâniyyatî fafanaitu fîhi -- ber-Islam itu adalah aku berpasrah kepada Allah dan aku tanggalkan egoismeku laku aku lebur di dalamnya". Initinya egoisme itu adalah setan. Inilah yang merusak segalanya.
Hubungan baik antar sesama pun bisa hancur karenanya. Oleh karena itu transformasi diri harus kita lakukan. Yaitu transformasi dari ego ke eko.
Kita harus berani melakukan hijrah dari kebiasaan prilaku yang hanya memikirkan, mementingkan, dan membanggakan diri dan komunitas sendiri ke arah yang ekosistem yang lebih besar dan lebih penting.
Karena permukaan bumi dan segala yang ada di atasnya ini diciptakan Allah tidak hanya untuk seseorang atau kelompok tertentu. Lebih-lehih negeri kita Indonesia ini, diperjuangkan kemerdekaan dan kesatuannya oleh semua epemen bangsa lintas suku dan agama.
Maka pilihan kita tidak ada lain kecuali hidup bersama secara damai. Bersama mejadi penyangga NKRI dengan indahnya kedamaian.
Selamat meraih hikmah ramadhan. Yuk dengan puasa yang kita lakoni ini kita pupuk toleransi dengan kebersihan dan kedamaian hati. (*)